Hari itu selasa 12 januari 2013, terik matahari
begitu panas, seperti biasa Jakarta dan semua kesibukannya, aku berlari menuju kopaja
benomor 20 itu, bersama penumpang lainnya yang tidak mau ketinggalan kenderaan,
hari ini aku harus mengikuti kelas Public
Speaking bersama ka Rio didaerah Mampang,
Buncit, Jakarta Selatan, aku duduk di kursi paling pojok tiga baris dari
belakang kursi pak supir,terlihat suasana diluar jendela kaca kopaja ini begitu
sibuk, orang-orang lalu lalang datang dan pergi sesuai dengan kesibukannya
masing-masing, kesibukan yang melelahkan pikirku, sembari menghilangkan kepenatan perlahan
kubuka hp blackberryku dan mulai membaca
berita kompas.com, kulihat banyak sajian
berita, mulai dari mengenai
banjir di Jakarta, pengangkatan Menpora baru, serta Jokowi dan Ahok meninjau banjir di Jakarta, aku tertarik dengan tokoh yang bernama Jokowi,
dia dinobatkan sebagai walikota terbaik dunia ketiga , sungguh prestasi yang luar
biasa menurutku, walau pak Jokowi sendiri merasa itu suatu hal yang biasa-biasa
saja, aku menikmati sajian berita di Kopaja tersebut, sambil menunggu
penumpang yang lain, karena Kopaja ini
tidak akan jalan kalau penumpangnya belum penuh, bahkan harus berdesak-desakan
seperti tumpukan ikan sarden, panas,
bau, dan tak sedap lainnya menghantuiku
diangkutan umum ini, namun demi sebuah cita-cita menjadi seorang public speaker,
aku rela menjalani ini semua.
Didalam
kopaja pikiranku melayang-layang, sambil
berbisik dalam hati seandainya aku anak
orang kaya, pasti aku akan lebih semangat dan lebih mudah lagi dalam menuntut
ilmu, aku akan minta mobil sama orang tua, kemudian aku bisa kursus dimana saja
yang aku suka, kejadian-kejadian di
kopaja memang membuatku ingin memiliki
kenderaan sendiri, seperti pencopetan,penipuan,
pengamen yang kadang-kadang tidak ramah
dll, terkadang semua itu membuatku bete, hingga akhirnya tidak
mensyukuri apa yang telah tuhan anugerahkan untukku.
Belum lagi
mengenai kursus yang selama ini aku dambakan, kursus bahasa inggris dengan high class, namun
karena kendala biaya akhirnya aku mengurungkan niat memasuki kursus yang aku inginkan, semua
keluhan, keinginan dan harapan hanya kucerita pada diri ini, dan berharap akan
adanya perubahan nantinya, terkadang memang merasa tuhan tidak adil, kenapa saya harus lahir
dikeluarga miskin, seandainya saja saya
di lahirkan dikeluarga kaya, kata-kata seandai nya terus menghantui pikiranku,
dan kadang bertanya kenapa orang-orang
kaya yang Allah pilih selalu saja menimbulkan keonaran dimasyarakat, korupsi,
menjarah lahan tanah orang-orang pinggiran, kenapa tuhan tidak menjadikan
orang-orang baik saja yang kaya, agar dunia ini aman dan sejahtera, pikiranku terus melayang-layang entah kemana,
memikirkan hidup yang semakin semrawut.
Aku
mahasiswa UIN Jakarta, yang katanya Kampus ini merupakan salah satu universitas islam ternama
di Jakarta, namun pada faktanya entahlah aku juga bingung memikirkannya, disana
aku mengambil jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, selama ini yang paling
aku dambakan masuk di Ilmu Komunikasi UI, namun karena banyak hal dan factor
lain, akhirnya aku harus menerima masuk di UIN Jakarta, sungguh suatu realita
hidup yang harus aku terima, begitulah keseharianku, akhirnya aku banyak
mengeluh dan tidak menerima apa yang telah aku terima selama ini, padahal di
UIN Jakarta sendiri aku dalah penerima beasiswa penuh, semuanya di tanggung,
mulai dari tempat tinggal, uang kuliah dan biaya hidup, namun semuanya seolah
tak membuatku bahagia, padahal diluaran sana banyak yang tidak bisa kuliah
karena mereka gagal menerima beasiswa.
Aku tertegun
ketika ada seorang anak kecil menyodorkanku sebuah amplop kecil sambil mengiba, dan menunjukkan raut wajah
yang begitu polos, kemudian ia mulai merayuku dengan nyanyian anak-anak jalanan yang begitu popular
ditelingaku, punk rock jalanan, suaranya begitu merdu, ia menyanyikannya penuh
dengan penjiwaan, tergambar seolah hidupnya begitu berat, kesehariannya
mengamen dan berharap belas kasihan dari orang-orang yangditemuinya, ia bernyanyi
dengan bebas, tak peduli apa kata orang tentang suaranya, karena mungkin hanya
ini jalan yang bisa ia lakukan agar tetap bisa bertahan hidup, hingga tak terasa
air mataku tumpah, suaranya begitu lembut,halus dan mempunyai ciri khas
tersendiri, walau ia masih berumur lima tahun,
namun begitu bagus bagiku, dan aku yakin ia akan jadi orang hebat
nantinya, dan nyanyian itu adalah
nyanian dari surga yang pernah kudengar, aku tidak bisa berkata apa-apa selain
bulir-buliar air mataku berjatuhan karena
tak bisa menahan haru, owh,,,tuhan betapa cantiknya anak ini, tak seharusnya ia berbuat seperti
ini, seharusnya ia ada disekolah, rasa ibakupun memuncak, dan tak tahu berbuat apa. Aku hanya terus
memandangi wajahnya yang sedikit kotor karena tidak terurus.
Aku tersipu
malu dihadapannya, kemudian aku memasukkan uang ke amplop kecilnya dan
menyodorkanya kembali , sembari kuelus
lembut rambutnya yang tergerai lurus namun sedikit bergelombang, kulihat rona
wajahnya yang begitu bahagia, walau hanya menerima uang yang tak seberapa,
namun ia begitu bahagai, aku terpukul
dengan anak kecil penyanyi dari surga yang allah kirimkan untukku, aku masih
memandanginya hingga ia turun disimpang jalan kota ini.
Aku hanya berucap, terima kasih tuhan
kau telah mengutusku bidadari cilik dari surga, yang mengajarkanku akan arti
kehudupan ini, aku tereyuh, dan dadaku terasa sesak, dan entah perasaan apa
lagi, aku merasa aku kalah dari anak kecil itu, ia begitu tangguh dalam hidup
ini, ia tidak seberuntung aku, namun ia tidak mengeluh, ia tetap semangat
mencari rezeki untuk kelangsungan hidupnya dan mungkin juga untuk ibunya,
disaat aku mulai mengeluh tentang kehidupanku, ternyata tuhan mengajarkanku
melalui caranya sendiri.
kini aku
mengerti dan lebih dewasa dalam memaknai
hidup, rasanya ada kekuatan baru yang mengalir dalam jiwaku, kekuatan yang
mengantarkanku untuk lebih mensyukuri kehidupan yang telah tuhan anugerahkan
untukku, karena bagaimanapun aku masih bisa duduk dibangku kuliah, bagaimana dengan anak kecil tadi? Semua pertanyaan
tersebut membuat ku terus merenung dan
memikirkan semua yang terjadi di kehiduapan ini, hingga tak sadar ternyata aku
telah sampai pada tempat yang aku tuju.
Sebuah
perjalana yang menyenangkan, tentang penghargaan akan kehidupan,aku hanya bisa
berucap makasi tuhan telah mempertemukanku dengan bidadari kecilmu, dan membawakan nyanyian
yang begitu indah, seperti nyanyian dari surga dan terimakasih telah banyak
mengajarkanku akan arti kehidupan ini yang sebenarnya.