Jalan Dakwah Kita
(Kammi Uin Jakarta)
Pagi itu bergemuruh, Ciputat dan kekhasan intlektualnya bersinar indah,
aula itu mulai dipenuhi dengan derap langkah dan musik penyemangat jiwa, tampak
beberapa pemuda-pemudi kampus biru itu sibuk mempersiapkan acara, ya.. acara Muskom
dan Laporan Pertanggung Jawaban masa
bakti mereka sebagi pemangku dakwah diKammi Uin Jakarta pada periode 2013-2014.
Beberapa diantara mereka terlihat senyum sumringah menyambut akhir masa jabatan ini, namun tidak sedikit
pula yang nampak termenung mengingat masa – masa perjuangan dakwah, teringat
masa-masa sulit dan perjuangan berat selama ini, betapa tidak, dakwah yang seharusnya mereka emban bersama,
yang ketika mereka disumpah dulu namun tidak banyak yang istiqomah dan
meninggalkan tanggung jawab begitu saja, banyak yang berguguran dijalan dakwah
ini, dan memilih jalan lain.
Namun dakwah tetaplah dakwah, tidak peduli seberapa banyak penghuni
perahu dakwah ini, ia harus terus berlayar dan fokus pada tujuan, walau ia
harus menentang badai, ombak, bahkan
tsunami sekalipun, memang tak banyak yang bisa bertahan diperahu dakwah ini,
hanya mereka yang mempunyai azzam yang kokoh yang mampu bertahan, mereka yang
bekerja dengan satu tekat yaitu
istiqomah dijalan dakwah.
Pagi itu tiba –tiba saja suasana berubah begitu cepatnya, mendung
dilangit Ciputat, para pemangku dakwah Kammi Uin Jakarta mendapatkan kritikan
tajam dari Kammda Tangsel, Laporan Pertanggung Jawaban dakwah yang mereka emban
selama ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, banyak dugaan plagiasi
bahkan manipulasi data.
Hingga suasana
pagi itupun berubah menjadi tegang dengan penyobekan Laporan Pertanggung Jawaban
(LPJ) yang dilakukan oleh akhwat dari Kammda karena menganggap ada manipulasi
data, dan merasa peran dakwah telah mati. sore itu acara ditutup dengan
ditolaknya laporan pertanggung jawaban (LPJ) dakwah selama satu tahun yang
diemban para pemangku dakwah Kammi Uin jakarta priode 2013-2014, dan membuat suasana jadi
haru biru.
Banyak yang menyayangkan kenapa LPJ tersebut harus ditolak, kenapa
tidak diterima saja namun dengan adanya prasyarat yang harus mereka tunaikan,
banyak spekulasi yang muncul saat itu, namun keputusan tetaplah keputusan bahwa
LPJ tersebut ditolak.
Ada yang menangis berlinang air mata, ada yang merenung mencoba mengambil hikmahnya saja, ada
yang hanya bisa diam dan bungkam seribu bahasa, mereka tak bisa berkata
apa-apa, namun diatara mereka itu semua ada juga yang tetap tersenyum manis dan
optimis. J
Itulah sepennggal kisah saat Muskom dan Laporan Pertanggung Jawaban Dakwah, akhir
periode kesatuan aksi mashasiswa muslim indonesia (Kammi Uin Jakarta) periode
amanah 2013-2014 yang begitu mengharukan, ia menjadi rekam jejak dan sejarah
yang tidak mungkin dilupakan, pahit memang tapi kelak semuanya akan berakhir
indah.
Kejadian tersebut seharusnya menjadi cambuk penyulut api semangat
bagi kita, apalagi untuk mereka generasi pemangku dakwah selanjutnya, ternyata
betapa begitu rapuhnya kita, hingga tidak mampu bersinergi dan menjadi kader
yang saling mengokohkan satu sama lain.
Karena memang Terkadang kita lupa bahwa amanah yang kita emban,
dakwah yang kita pikul hanyalah pemberian manusia semata, sehingga kita lalai
dan lupa bahwa ada Dzat yang maha agung
yang melihat dan menilai gerak gerik kita setiap masa.
Sehingga kita tidak berusaha mengerahkan semua daya dan upaya kita
untuk menciptakan prestasi yang terbaik, menghasilkan prestasi gemilang yang
pantas untuk dikenang. Kita tidak berusaha membuka daya dobrak yang baru, kita malah sibuk pada urusan dunia kita
masing-masing yang akhirnya menimbulkan
sikap apatis dan tak peduli.
Namun diantara kita ada juga yang hanya diam seribu bahasa, tidak
menyesal dan merasa bersalah, kita tidak sadar bahwa amanah yang dibebankan
kepada kita kelak akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Tuhan raja diraja
yang pengadilannya tidak bisa dimanipulasi manusia, ketidak sadaran tersebutlah
yang menciptakan kita menjadi manusia yang pasif sehingga menimbulkan sikap
wahn dalam diri kita malas dan cinta
dunia.
Namun bagi mereka yang berjuang sekuat tenaga dijalan dakwah ini,
mereka yang sudah menghabiskan tenaga, pikiran dan kekuatannya guna memajukan
prahu dakwah ini meyakini bahwa pengadilan manusia begitu lemah, karena mereka juga manusia biasa yang rapuh
dan salah jua.
sehingga mereka tidak berkecil hati hanya karena lembaran kertas
LPJ itu ditolak ataupun disobek, karena bagi mereka yang ikhlas, sejatinya
dakwah mereka bukanlah karena ingin mendapat penghargaan dari manusia, namun
mereka berfikir cerdas dan berpandangan luas, dan semua yang mereka lakukan
adalah dakwah karena Allah, mereka hanya bisa istiqomah dan berusaha, hasilnya
bukan lagi ranah mereka karena hasil merupakan ranah Tuhan yang tidak bisa
diganggu gugat. Yang penting bagi mereka mereka telah melakukan hal terbaik untuk
dakwah ini.
Merekalah kelak yang mendapatkan tropi diakhirat sebagai pemenang
dari tangan Tuhan atas kesungguhan mereka menjalankan amanah, yang mereka tidak
takut cacat dan buruk dimata manusia, karena mereka meyakini satu hal bahwa: lebih
baik indah dimata Allah daripada indah dimata manusia.
Yah,,,begitulah seharusnya para pemangku dakwah ini berkeyakinan,
karena amanah yang mereka emban dakwah yang mereka pikul adalah ladang dan arena
jihad bagi mereka, yang tidak ada satu
manusiapun mampu menilai kekuratannya kecuali Allah yang maha Mulia.
Dakwah ini akan terus berlanjut, namun sebelum perahu ini berlayar mari
kita menepuk dada kita masing-masing, kita berfikir dan bertafakur bareng
sejenak dan melihat kedalam diri kita masing –masing, mungkin masih ada yang
salah dengan niat kita menumpangi perahu dakwah ini.
Jangan hanya karena jabatan dan kekuasaan yang hendak kita capai,
ataupun popularitas yang kita cari meredam dan membawa kita menuju kehancuran.
Astagfirullah.
Oleh: Ali Rohman Nasution