Jumat, 07 Maret 2014

Jalan Dakwah Kita (Kammi Uin Jakarta)


Jalan Dakwah Kita
(Kammi Uin Jakarta)

Pagi itu bergemuruh, Ciputat dan kekhasan intlektualnya bersinar indah, aula itu mulai dipenuhi dengan derap langkah dan musik penyemangat jiwa, tampak beberapa pemuda-pemudi kampus biru itu sibuk mempersiapkan acara, ya.. acara Muskom dan Laporan Pertanggung  Jawaban masa bakti mereka sebagi pemangku dakwah diKammi Uin Jakarta  pada periode 2013-2014.
Beberapa diantara mereka terlihat senyum sumringah  menyambut akhir masa jabatan ini, namun tidak sedikit pula yang nampak termenung mengingat masa – masa perjuangan dakwah, teringat masa-masa sulit dan perjuangan berat selama ini, betapa  tidak,  dakwah yang seharusnya mereka emban bersama, yang ketika mereka disumpah dulu namun tidak banyak yang istiqomah dan meninggalkan tanggung jawab begitu saja, banyak yang berguguran dijalan dakwah ini, dan memilih jalan lain.
Namun dakwah tetaplah dakwah, tidak peduli seberapa banyak penghuni perahu dakwah ini, ia harus terus berlayar dan fokus pada tujuan, walau ia harus menentang badai,  ombak, bahkan tsunami sekalipun, memang tak banyak yang bisa bertahan diperahu dakwah ini, hanya mereka yang mempunyai azzam yang kokoh yang mampu bertahan, mereka yang bekerja dengan satu tekat yaitu  istiqomah dijalan dakwah.
Pagi itu tiba –tiba saja suasana berubah begitu cepatnya, mendung dilangit Ciputat, para pemangku dakwah Kammi Uin Jakarta mendapatkan kritikan tajam dari Kammda Tangsel, Laporan Pertanggung Jawaban dakwah yang mereka emban selama ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, banyak dugaan plagiasi bahkan manipulasi data.
Hingga suasana pagi itupun berubah menjadi tegang dengan penyobekan Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) yang dilakukan oleh akhwat dari Kammda karena menganggap ada manipulasi data, dan merasa peran dakwah telah mati. sore itu acara ditutup dengan ditolaknya laporan pertanggung jawaban (LPJ) dakwah selama satu tahun yang diemban para pemangku dakwah Kammi Uin jakarta  priode 2013-2014, dan membuat suasana jadi haru biru.
Banyak yang menyayangkan kenapa LPJ tersebut harus ditolak, kenapa tidak diterima saja namun dengan adanya prasyarat yang harus mereka tunaikan, banyak spekulasi yang muncul saat itu, namun keputusan tetaplah keputusan bahwa LPJ tersebut ditolak.
Ada yang menangis berlinang air mata, ada yang  merenung mencoba mengambil hikmahnya saja, ada yang hanya bisa diam dan bungkam seribu bahasa, mereka tak bisa berkata apa-apa, namun diatara mereka itu semua ada juga yang tetap tersenyum manis dan optimis. J
Itulah sepennggal kisah saat Muskom dan  Laporan Pertanggung Jawaban Dakwah, akhir periode kesatuan aksi mashasiswa muslim indonesia (Kammi Uin Jakarta) periode amanah 2013-2014 yang begitu mengharukan, ia menjadi rekam jejak dan sejarah yang tidak mungkin dilupakan, pahit memang tapi kelak semuanya akan berakhir indah.
Kejadian tersebut seharusnya menjadi cambuk penyulut api semangat bagi kita, apalagi untuk mereka generasi pemangku dakwah selanjutnya, ternyata betapa begitu rapuhnya kita, hingga tidak mampu bersinergi dan menjadi kader yang saling mengokohkan satu sama lain.
Karena memang Terkadang kita lupa bahwa amanah yang kita emban, dakwah yang kita pikul hanyalah pemberian manusia semata, sehingga kita lalai dan lupa bahwa  ada Dzat yang maha agung yang melihat dan menilai gerak gerik kita setiap masa.
Sehingga kita tidak berusaha mengerahkan semua daya dan upaya kita untuk menciptakan prestasi yang terbaik, menghasilkan prestasi gemilang yang pantas untuk dikenang. Kita tidak berusaha membuka daya dobrak yang baru,  kita malah sibuk pada urusan dunia kita masing-masing yang akhirnya  menimbulkan sikap apatis dan tak peduli.
Namun diantara kita ada juga yang hanya diam seribu bahasa, tidak menyesal dan merasa bersalah, kita tidak sadar bahwa amanah yang dibebankan kepada kita kelak akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Tuhan raja diraja yang pengadilannya tidak bisa dimanipulasi manusia, ketidak sadaran tersebutlah yang menciptakan kita menjadi manusia yang pasif sehingga menimbulkan sikap wahn dalam diri kita  malas dan cinta dunia.
Namun bagi mereka yang berjuang sekuat tenaga dijalan dakwah ini, mereka yang sudah menghabiskan tenaga, pikiran dan kekuatannya guna memajukan prahu dakwah ini meyakini bahwa pengadilan manusia begitu lemah,  karena mereka juga manusia biasa yang rapuh dan salah jua.
sehingga mereka tidak berkecil hati hanya karena lembaran kertas LPJ itu ditolak ataupun disobek, karena bagi mereka yang ikhlas, sejatinya dakwah mereka bukanlah karena ingin mendapat penghargaan dari manusia, namun mereka berfikir cerdas dan berpandangan luas, dan semua yang mereka lakukan adalah dakwah karena Allah, mereka hanya bisa istiqomah dan berusaha, hasilnya bukan lagi ranah mereka karena hasil merupakan ranah Tuhan yang tidak bisa diganggu gugat. Yang penting bagi mereka mereka telah melakukan hal terbaik untuk dakwah ini.
Merekalah kelak yang mendapatkan tropi diakhirat sebagai pemenang dari tangan Tuhan atas kesungguhan mereka menjalankan amanah, yang mereka tidak takut cacat dan buruk dimata manusia, karena mereka meyakini satu hal bahwa: lebih baik indah dimata Allah daripada indah dimata manusia.
Yah,,,begitulah seharusnya para pemangku dakwah ini berkeyakinan, karena amanah yang mereka emban dakwah yang mereka pikul adalah ladang dan arena jihad bagi mereka, yang  tidak ada satu manusiapun mampu menilai kekuratannya kecuali Allah yang maha Mulia.
Dakwah ini akan terus berlanjut, namun sebelum perahu ini berlayar mari kita menepuk dada kita masing-masing, kita berfikir dan bertafakur bareng sejenak dan melihat kedalam diri kita masing –masing, mungkin masih ada yang salah dengan niat kita menumpangi perahu dakwah ini.
Jangan hanya karena jabatan dan kekuasaan yang hendak kita capai, ataupun popularitas yang kita cari meredam dan membawa kita menuju kehancuran. Astagfirullah.

Oleh: Ali Rohman Nasution