”Aku juga ingin kuliah
kejakarta seperti abang’’ kata haira dengan lantang. “Hus mimpi kamu” jawab ibu
yang lagi asik menggoreng tempe didapur,”pokoknya aku ingin kuliah kejakarta seperti
abang” lagi-lagi haira ngotot agar ibu mendukungnya,”bagaimana mungkin kamu bisa
kuliah kejakarta?Juara kelas saja tidak pernah” ibu menggoyah semangat haira. ”Ia
kalau abang kan pintar, juara umum dipesantren, dapat beasiswa sedangkan kamu?”
timpal ainun lagi-lagi meruntuhkan semangat haira untuk mengikuti langkah abangnya
kuliah ke Jakarta. “Pokoknya aku mau kuliah seperti abang, aku akan rajin
belajar” jawab haira memotivasi diri, ibu dan ainun hanya tersenyum melihat
haira yang begitu ngotot mengikuti abangnya kuliah kejakarta.
Seketika dapur itupun
hening, haira terdiam, dan entah apa yang ia pikirkan, yang pasti perkataan ibu
dan kakaknya ainun sedikit menggoyah semangatnya, tapi lagi-lagi ia meyakinkan
diri kalau ia pasti bisa. Haira menunduk resah, beberapa kali ia mengusap-usap
wajahnya, ada gurat kecewa begitu jelas terlihat darinya, ia begitu heran
kenapa kakak dan ibunya tidak mendukung langkahnya untuk kuliah kejakrta
mengikuti jejak abangnya, huh.. haira menarik napas panjang, ia terlihat begitu
resah, ia bangkit beranjak dari dapur menuju kamarnya, ia tidak mau percapakan
ini semakin panjang yang membuat hatinya memar bahkan terluka.
Oh Tuhan…. haira begitu
cemas, kalau-kalau perkataan ibu dan kakaknya jadi kenyataan, ia sadar dia bukan
anak pintar, ia sadar kalau dia tidak pernah sekalipun juara kelas, jangankan
juara kelas masuk sepuluh besar saja ia ia tidak pernah, ah.. ia semakin ragu,
ragu akan semangatnya yang menggebu, ragu akan langkahnya yang tak menentu.
”Haira ada sms dari bu
fit, panggil ainun membangunkan lamunan haira, haira bergegas kedapur ia tahu
ini pesan penting dari bu fitri, guru yang mengurusi pendaftarannya, apa
pesannya? Tanya haira penuh harap, Ini baca sendiri sahut ainun, kayaknya bu
fit menyuruh kamu kepesantre melihat pengumuman SNMPTN. Dag.. dig.. dug..
jantung haira berdegup kencang, “astagfirullah aku lupa kalau hari ini kan
pengumuman masuk ke universitas” ucap haira, ia langsung menghubungi bu fit dan
mengabari akan segera kepesantren. “Gimana mau kuliah jadwal pengumuman SNMPTN
saja lupa” celoteh ainun yang membuat haira semakin kesal.
Angkot putih tua itu
akhirnya datang, haira begitu cemas, takut terlambat melihat pengumuman SNMPTN
itu, kabar dari bu fit pengumumannya baru satu jam lagi, haira tidak mau kabar
dari bu fit, ia mau melihat sendiri hasil pengumuman SNMPTN itu, karena belum bisa
menggunakan internet haira membutuhkan bantuan bu fit, lagian ia tidak perlu
repot-repot ke warnet, cukup menggunakan komputer pesantren punya bu fit.
Haira mengusap-usap
tanganya, nampaknya ia begitu cemas dengan hasil pengumuman yang sebentar lagi
akan ia ketahui, keringatnya berkucuran, ia tidak pernah secemas ini sebelumnya,
ia tak bisa membayangkan kalau ia gagal di SNMPTN ini, ia pasti akan habis diledek
oleh kakaknya ainun.
Dengan do’a yang terus
terucap serta lafadz basmalah yang mantap haira dengan dibantu bu fit melihat
hasil penguman SNMPTN itu, namun tidak mudah beberapa kali terjadi gangguan,
internetnya tidak bisa, lagi ada ganguan kayaknya ini keluh bu fit, bukan hanya
berdo’a agar lulus SNMPTN, haira juga khusuq berdo’a agar Tuhan melancarkan
internetnya, dan beberapa menit kemudian mata haira terbelalak, hasilnya begitu
mengecewakan, haira mengucek-ngucek matanya beberapa kali, lagi dan lagi ia
berharap penglihatannya yang salah, tapi apa boleh buat hasil menunjukkan kalau
ia gagal di SNMPTN ini, haira menunduk lesu, tak menyangka hasilnya akan
seburuk ini, padahal ia sudah berusaha merayu Tuhan dalam doa dan sholat
malamnya, “yang sabar ya ra” kata bu fit menenangkan hatinya, ia bu sahut haira
dengan tatapan kosong.
Suara adzan
berkumandang, bersaut sautan mengagungkan nama Tuhan ketika haira tiba didepan
rumah, haira turun dari angkot putih tua itu dengan langkah tak menentu, adzan
itu tak menggugah hatinya, ia begitu kecewa ketika Tuhan tak mengijabah do’a
do’a indahnya. “Masuk pake salam donk” cerocoh ainun yang melihat haira masuk
tanpa salam dan sapa, “gimana hasilnya lulus ga?” Tanya ainun penasaran, tak ada
jawaban selain hening yang mencekam, “udah wudhu sana biar kita sholat
berjamaa’ah, kita tunggu” perintah ibu menangkap derap langkah haira yang
lamban dan ragu, sepertinya ibu membaca hasilnya dan tak mau memperkeruh
suasana.
“Terus nanti kalau
pengumuman selanjutnya ga lulus gimana, Apa masih mau kuliah?” Tanya ainun
membangunkan lamunan khira, belum juga pengumuman selanjutnya ainun sudah
menonjoknya kalau kalau pengumuman yang akan datang gagal lagi. “ialah,
kalaupun gagal nanti aku akan tetap kuliah, setidaknya aku bisa masuk pesantren
dijawa menghapal al-qur’an dan sekalian kuliah, biasanya banyak ma’had yang mau
memberikan beasiswa untuk para penghapal al-qur’an”, “emang kamu bisa menghafal
alquran?” Hafalan zuz 30 aja ketika diasrama kamu ga lulus gimana mau menghapal
30 zuz”, ainun lagi-lagi menguji seberapa kuat benteng semangat haira, ia tau
kalau adiknya itu kurang dalam hafalan dan ia tidak mau kelak adiknya akan
stress atau bahkan gila seperti kakak kelas mereka yang dikirim pesantren kejawa
untuk menghapal al-qur’an namun pulang sudah dalam keadaan kurang waras alias
gila. “Kalau kita mau kita pasti bisa, jawab haira membela diri. Sejatinya ia
ragu, kalau -kalau pengumuman selanjutnya gagal ia tidak tahu lagi harus
bagaimana, menghafal al-quran ah… rasanya ia tak yakin, astagfirullah Tuhan
bimbinglah aku, lirih haira”
*Semingggu kemudian*
“Mudah”an kita lulus ya
ra” amiin jawab haira. ia dan ita sama – sama cemas akan hasil SBMPTN ini, ini menjadi
harapan terkuat kita ra” kalau gagal aku ga tau lagi harus bagaimana, masa aku
harus nganggur setahun lagi, aku ga mau kayak mba siti, dulu kata ibu dia juga
nganggur dulu, nanti baru daftar lagi kuliah, eh ketika mau daftar lagi bapak
malah jodohin dia sama si herman, ah ga mau aku ra” keluh ita ke haira. Ia kita
harus yakin kalau kita pasti lulus di SBMPTN ini, tapi aku ragu ra’ jawab ita,
percaya sama Allah. Ia terimkasih ya ra, kamu memang sahabatku yang luar bisa”
janji ya apapun hasilnya ga ada yang boleh nangis tantang ita, ia janji jawab
haira. haira sebenarnya ragu tapi ia tak mau terlihat lemah didepan sahabatnya,
ia ingin mereka tegar menerima hasil SBMPTN ini.
Alhamdulillah aku
lulus, masuk Universitas Negeri Malang (UNM) teriak ilham yang disambu bahagia
oleh teman –temannya, ada yang menyalami ada juga yang terdiam kaku karena
gagal. Haira, ita, sini masuk panggil bu fit keruangannya, sekarang giliran
mereka menyaksikan hasil perjuangannya. Dag..dig..dug lagi lagi jantung haira
berdegup kencang, ita berapa no ujiannya kata bu fit. Ini bu ita menyodorkan no
ujiannya, dan tidak berapa lama kemudian muncul hasil dilayar selamat anda
diterima di Universitas Sumatera Utara (USU) jurusan ekonomi, Alhamdulillah ita
melocat kegirangan, ia memeluk haira dan bufit. Ia berteriak yes yes akhirnya
diterima juga.
Ita memeluk haira dari
belakang, kamu pasti lulus sobat, pasti masuk di uin Jakarta dan mengikuti
abangmu ke ibu kota, ita menyemangati haira. Jantung haira semakin dag dig dug,
haira no nya sudah pas, sudah bu haira mengoreksi no yang dimasukkan bu fit
kelayar komputer dan hasilnya,,, kok lama bangat ya bu protes ita, ga kayak aku
tadi cepat, haira hanya terdiam, aduh… ini masalah internet lagi nich,
jaringannya kok tiba-tiba lemot gini ya jawab bu fit. Kita tunggu aja palingan
10 menit. Hadeuh ,, huh haira menarik napas panjang ia semakin cemas dan
khawatir. Udah bisa nich kata bu fit, tunggu-tunggu dan hasilnya kata bu fit, tiba
tiba semuanya jadi hening, bu fit dan ita yang bersemangat tiba-tiba saja
terdiam melihat hasil yang tidak menggembirakan itu, lagi-lagi haira gagal.
Tetap semangat ya kata bu fit. Ita merangkul sahabatnya itu dengan erat. Tak
terasa air mata haira tumpah menerima kenyataan kalau ia gagal untuk yang kedua
kalinya, ga boleh nangis kan udah janji tadi, dipengumuman terakhir nanti haira
pasti diterima hibur ita, semuanya terasa kabur, dan langit seakan runtuh,
melihat sahabat sukses dan kita gagal adalah yang paling menyakitkan.
Gimana? Gagal lagi
sambut ainun didepan pintu, ibu datang memeluk haira, sudah sudah ga usah
nangis, kan masih ada satu pengumuman lagi, ibu menguatkan hati haira. Haira masuk
kamar dan mengurung diri, Ia masih belum percaya kalau ia gagal lagi, oh Tuhan
kenapa….? Haira tidak tahu harus bagaimana lagi, satu persatu temannya telah
diterima di universitas pihannya. Tinggal satu harapan lagi SPAN PTKIN, ini
menjadi tumpuan terakhirnya, tapi kabar dari bu fit peluang untuk masuk
sebenarnya kecil, yang mebuat hati haira semakin ciut.
“Ada berapa orang yang
mendaftar ke Jakarta” Tanya abangnya di ujung telpon sebrang sana, “banyak bang”
jawab haira, “banyak berapa?” “Ada sekitar tujuh orang bang”, “mereka rengking
brapa?” “Yang juara juara lah bang” jawab haira dengan logat batak
mandailingnya yang khas. “Jadi Cuma kamu yang ga juara disitu?” “Ia bang jawab
haira lesu”, “yaudah Jangan lupa berdoa, sholat malam, dan minta doa restu dari
ibu, mohon maaf kalau ada salah, sama mohon doa juga dari kakakmu ainun dan
kaka yang lainnya biar Allah permudah, Allah yang maha penentu, juara tak menjadi
jaminan masuk diperguruan tinggi negeri,” nasehat abangnya, “ia bang” jawab
haira dan mereka menutup telpon disore itu.
Haira sadar, selama ini
ia lupa meminta do’a restu dari ibunya, karena sering ditentang dan digoyah
hingga ia lupa meminta restu darinya, ia sadar sudah seharusnya ia dapat restu
itu, restu dari prempuan yang melahirkanya, prempuan yang selalu ada
disampingnya dalam suka maupun duka. pagi itu sehabis sholat subuh haira
mendekati ibunya, ia bercerita panjang lebar, tentang mimpi dan cita-citanya
ingin membahagiakan ibu, ia pasrahkan semuanya dan ia mengis di pangkuan sang
ibu, “mohon doanya bu”, “dan ikhlaskan kalau haira banyak salah, aku iklas bu
apapun hasilnya, yang penting ibu ridho.” Ia kita sama -sama berdoa ya semoga
Allah memberikan yang terbaik. “Yang penting kalau sudah diterima harus rajin
belajar ya jangan malas-malasan nasehat sang kakak ainun”.
“Giamna kepesantren gar
ra?” Tanya ita dipagi itu, “Pasti lupa lagi, hari inikan pengumuman SPAN PTKIN,
aku juga mau kepesantren, aku temani ya ra”, “ga usah ta, aku ga kepesantren,
aku menunggu kabar dari bu fit aja gimana hasilnya”. “Yah kan ga seru ra’ ga
bisa loncat locat bareng kalau lulus, ayolah ra kepesantren ya”, bujuk ita, “ga
ta, aku ga kuat, aku takut kekecewaan ku terulang lagi, aku lebih baik dirumah
saja menunggu hasilnya, mohon doanya ya ra semoga hasilnya yang terbaik, apapun
itu.” Amiin jawab ita.
“Ga kepesantren’
katanya mau penguman”, “ga bu”, “aku dirumah aja menunggu kabar dari bu fit,
aku sudah sms bu fit, aku minta tolong agar dilihat hasilnya, dan nanti aku
telpon bu fit gimana hasilnya.” “Yaudah ini ainun lama bangat belum datang juga,
beli ayam potong 1 ekor ajam udah mau sejam, ini kamu ulek dulu cabai ini, ibu
mau nyiapin sayur bolgang dulu.” Terjadilah kerjasama yang bagus didapur itu,
ada yang menanak nasi, ada yang menggorang dan ada yang menyiapakan sambal.
Dapur ini adalah tempat berkumpu keluarga, dulu lebih rame sebelum kedua
kakaknya menikan dan mengikuti suaminya ada yang ke jambi dan ada yang kepekanbaru,
sedangkan abangnya kuliah kejakarta, kalau kumpul terasa sangat indah, apalagi
katika ayah masih hidup, pikiran haira melayang-layang banyak yang ia pikirkan.
“Kok lama bangat,
darimana saja sich,” “banyak yang beli ayam” bu jawab ainun, “jadi ngantri
dech, aku juga beli gorengan jadi makin lama” owh ia bu fit bilang sepuluh
menit lagi telpon karena pengumumannya jam 07: 00 sudah bisa dilihat, hah jam
tujuh sudah bisa diihat,” lebih cepat dari bayangan haira jam 08:00, “sekarang
jam berapa?” Jam 07: 05 “yaudah telpon sekarang,” “sepuluh menit yang saya
maksud ketik saya beli ayam tadi”. Kata ainun dengan entengnya.
Nut..nutt.. bu fit tak
mengangkat, haira menelpon ulang, lagi dan lagi. “Ga diangkat juga” Tanya ibu, “ga
bu, mungkin hasilnya ga baik sehingga bu fit ga tega memberitahukannya,” tiba-tiba
telponnya berbunyai, eh bu fit,, “angkat cepat” kata ainun tak sabar mendengar
kabar kelulusan adiknya, “halo… “assalmu alaaikum bu,” “waalaikum salam maaf
tadi ibu juga lagi ngecek hasil teman-temanmu yang lain,” “terus gimana
hasilnya bu?” Haira tak mau berlama- lama, “hasilnya kurang bagus jawab bu fit
yang seakan merontokkan seluruh isi bumi,” “maksudnya bu,” “yang sabar ya ra
kata bu fit”. Haira udah tau arah pembicaraan bu fit, “yang sabar ya karena
Cuma kamu yang diterima di uin Jakarta,” teman teman mu yang lain belum
beruntung, selamat ya” kata bu fit.
Seketika semuanya jadi
cerah, ia tak tahu harus berbuat apa, gembira atau sedih yang pasti ia langsung
memeluk ibu dan kakanya, kalau ia diterima kuliah dijakarta, ditempat
abanganya. Ira,,, ira suara bu fit ditelpon, ia bu. jangan lupa besok
kepesantren ya kita urus daftar ulangmu, ok bu jawab haira mantap. Pagi itu cuacanya
beda, cerah dan menyejukkan.
Indah pada waktunya,
Tuhan menjawab doa doa indahnya, kalau Tuhan yang menentukan siapa yang bisa
menentang, ia sadar ia bukan anak pintar, bukan juara kelas, tapi Tuhan berkata
lain, ia yang Allah takdirkan lulus, sedangkan teman-temannya yang lain masih
menunggu, dalam lirih haira berdoa, terima kasih Tuhan atas cintamu yang
menjulang, terimakasih ibu atas do’amu yang ikhlas, aku yakin ini tak lepas dari
do’a do’a malammu. Ini langkah awalku semoga kau ridhoi langkah-langkah ku
selanjutnya. amiin