Senin, 27 Juli 2015

Haira sayang’ semangat dan tetaplah berjuang.




”Aku juga ingin kuliah kejakarta seperti abang’’ kata haira dengan lantang. “Hus mimpi kamu” jawab ibu yang lagi asik menggoreng tempe didapur,”pokoknya aku ingin kuliah kejakarta seperti abang” lagi-lagi haira ngotot agar ibu mendukungnya,”bagaimana mungkin kamu bisa kuliah kejakarta?Juara kelas saja tidak pernah” ibu menggoyah semangat haira. ”Ia kalau abang kan pintar, juara umum dipesantren, dapat beasiswa sedangkan kamu?” timpal ainun lagi-lagi meruntuhkan semangat haira untuk mengikuti langkah abangnya kuliah ke Jakarta. “Pokoknya aku mau kuliah seperti abang, aku akan rajin belajar” jawab haira memotivasi diri, ibu dan ainun hanya tersenyum melihat haira yang begitu ngotot mengikuti abangnya kuliah kejakarta.
Seketika dapur itupun hening, haira terdiam, dan entah apa yang ia pikirkan, yang pasti perkataan ibu dan kakaknya ainun sedikit menggoyah semangatnya, tapi lagi-lagi ia meyakinkan diri kalau ia pasti bisa. Haira menunduk resah, beberapa kali ia mengusap-usap wajahnya, ada gurat kecewa begitu jelas terlihat darinya, ia begitu heran kenapa kakak dan ibunya tidak mendukung langkahnya untuk kuliah kejakrta mengikuti jejak abangnya, huh.. haira menarik napas panjang, ia terlihat begitu resah, ia bangkit beranjak dari dapur menuju kamarnya, ia tidak mau percapakan ini semakin panjang yang membuat hatinya memar bahkan terluka.
Oh Tuhan…. haira begitu cemas, kalau-kalau perkataan ibu dan kakaknya jadi kenyataan, ia sadar dia bukan anak pintar, ia sadar kalau dia tidak pernah sekalipun juara kelas, jangankan juara kelas masuk sepuluh besar saja ia ia tidak pernah, ah.. ia semakin ragu, ragu akan semangatnya yang menggebu, ragu akan langkahnya yang tak menentu.
”Haira ada sms dari bu fit, panggil ainun membangunkan lamunan haira, haira bergegas kedapur ia tahu ini pesan penting dari bu fitri, guru yang mengurusi pendaftarannya, apa pesannya? Tanya haira penuh harap, Ini baca sendiri sahut ainun, kayaknya bu fit menyuruh kamu kepesantre melihat pengumuman SNMPTN. Dag.. dig.. dug.. jantung haira berdegup kencang, “astagfirullah aku lupa kalau hari ini kan pengumuman masuk ke universitas” ucap haira, ia langsung menghubungi bu fit dan mengabari akan segera kepesantren. “Gimana mau kuliah jadwal pengumuman SNMPTN saja lupa” celoteh ainun yang membuat haira semakin kesal.
Angkot putih tua itu akhirnya datang, haira begitu cemas, takut terlambat melihat pengumuman SNMPTN itu, kabar dari bu fit pengumumannya baru satu jam lagi, haira tidak mau kabar dari bu fit, ia mau melihat sendiri hasil pengumuman SNMPTN itu, karena belum bisa menggunakan internet haira membutuhkan bantuan bu fit, lagian ia tidak perlu repot-repot ke warnet, cukup menggunakan komputer pesantren punya bu fit.
Haira mengusap-usap tanganya, nampaknya ia begitu cemas dengan hasil pengumuman yang sebentar lagi akan ia ketahui, keringatnya berkucuran, ia tidak pernah secemas ini sebelumnya, ia tak bisa membayangkan kalau ia gagal di SNMPTN ini, ia pasti akan habis diledek oleh kakaknya ainun.
Dengan do’a yang terus terucap serta lafadz basmalah yang mantap haira dengan dibantu bu fit melihat hasil penguman SNMPTN itu, namun tidak mudah beberapa kali terjadi gangguan, internetnya tidak bisa, lagi ada ganguan kayaknya ini keluh bu fit, bukan hanya berdo’a agar lulus SNMPTN, haira juga khusuq berdo’a agar Tuhan melancarkan internetnya, dan beberapa menit kemudian mata haira terbelalak, hasilnya begitu mengecewakan, haira mengucek-ngucek matanya beberapa kali, lagi dan lagi ia berharap penglihatannya yang salah, tapi apa boleh buat hasil menunjukkan kalau ia gagal di SNMPTN ini, haira menunduk lesu, tak menyangka hasilnya akan seburuk ini, padahal ia sudah berusaha merayu Tuhan dalam doa dan sholat malamnya, “yang sabar ya ra” kata bu fit menenangkan hatinya, ia bu sahut haira dengan tatapan kosong.
Suara adzan berkumandang, bersaut sautan mengagungkan nama Tuhan ketika haira tiba didepan rumah, haira turun dari angkot putih tua itu dengan langkah tak menentu, adzan itu tak menggugah hatinya, ia begitu kecewa ketika Tuhan tak mengijabah do’a do’a indahnya. “Masuk pake salam donk” cerocoh ainun yang melihat haira masuk tanpa salam dan sapa, “gimana hasilnya lulus ga?” Tanya ainun penasaran, tak ada jawaban selain hening yang mencekam, “udah wudhu sana biar kita sholat berjamaa’ah, kita tunggu” perintah ibu menangkap derap langkah haira yang lamban dan ragu, sepertinya ibu membaca hasilnya dan tak mau memperkeruh suasana.
“Terus nanti kalau pengumuman selanjutnya ga lulus gimana, Apa masih mau kuliah?” Tanya ainun membangunkan lamunan khira, belum juga pengumuman selanjutnya ainun sudah menonjoknya kalau kalau pengumuman yang akan datang gagal lagi. “ialah, kalaupun gagal nanti aku akan tetap kuliah, setidaknya aku bisa masuk pesantren dijawa menghapal al-qur’an dan sekalian kuliah, biasanya banyak ma’had yang mau memberikan beasiswa untuk para penghapal al-qur’an”, “emang kamu bisa menghafal alquran?” Hafalan zuz 30 aja ketika diasrama kamu ga lulus gimana mau menghapal 30 zuz”, ainun lagi-lagi menguji seberapa kuat benteng semangat haira, ia tau kalau adiknya itu kurang dalam hafalan dan ia tidak mau kelak adiknya akan stress atau bahkan gila seperti kakak kelas mereka yang dikirim pesantren kejawa untuk menghapal al-qur’an namun pulang sudah dalam keadaan kurang waras alias gila. “Kalau kita mau kita pasti bisa, jawab haira membela diri. Sejatinya ia ragu, kalau -kalau pengumuman selanjutnya gagal ia tidak tahu lagi harus bagaimana, menghafal al-quran ah… rasanya ia tak yakin, astagfirullah Tuhan bimbinglah aku, lirih haira”
*Semingggu kemudian*
“Mudah”an kita lulus ya ra” amiin jawab haira. ia dan ita sama – sama cemas akan hasil SBMPTN ini, ini menjadi harapan terkuat kita ra” kalau gagal aku ga tau lagi harus bagaimana, masa aku harus nganggur setahun lagi, aku ga mau kayak mba siti, dulu kata ibu dia juga nganggur dulu, nanti baru daftar lagi kuliah, eh ketika mau daftar lagi bapak malah jodohin dia sama si herman, ah ga mau aku ra” keluh ita ke haira. Ia kita harus yakin kalau kita pasti lulus di SBMPTN ini, tapi aku ragu ra’ jawab ita, percaya sama Allah. Ia terimkasih ya ra, kamu memang sahabatku yang luar bisa” janji ya apapun hasilnya ga ada yang boleh nangis tantang ita, ia janji jawab haira. haira sebenarnya ragu tapi ia tak mau terlihat lemah didepan sahabatnya, ia ingin mereka tegar menerima hasil SBMPTN ini.
Alhamdulillah aku lulus, masuk Universitas Negeri Malang (UNM) teriak ilham yang disambu bahagia oleh teman –temannya, ada yang menyalami ada juga yang terdiam kaku karena gagal. Haira, ita, sini masuk panggil bu fit keruangannya, sekarang giliran mereka menyaksikan hasil perjuangannya. Dag..dig..dug lagi lagi jantung haira berdegup kencang, ita berapa no ujiannya kata bu fit. Ini bu ita menyodorkan no ujiannya, dan tidak berapa lama kemudian muncul hasil dilayar selamat anda diterima di Universitas Sumatera Utara (USU) jurusan ekonomi, Alhamdulillah ita melocat kegirangan, ia memeluk haira dan bufit. Ia berteriak yes yes akhirnya diterima juga.
Ita memeluk haira dari belakang, kamu pasti lulus sobat, pasti masuk di uin Jakarta dan mengikuti abangmu ke ibu kota, ita menyemangati haira. Jantung haira semakin dag dig dug, haira no nya sudah pas, sudah bu haira mengoreksi no yang dimasukkan bu fit kelayar komputer dan hasilnya,,, kok lama bangat ya bu protes ita, ga kayak aku tadi cepat, haira hanya terdiam, aduh… ini masalah internet lagi nich, jaringannya kok tiba-tiba lemot gini ya jawab bu fit. Kita tunggu aja palingan 10 menit. Hadeuh ,, huh haira menarik napas panjang ia semakin cemas dan khawatir. Udah bisa nich kata bu fit, tunggu-tunggu dan hasilnya kata bu fit, tiba tiba semuanya jadi hening, bu fit dan ita yang bersemangat tiba-tiba saja terdiam melihat hasil yang tidak menggembirakan itu, lagi-lagi haira gagal. Tetap semangat ya kata bu fit. Ita merangkul sahabatnya itu dengan erat. Tak terasa air mata haira tumpah menerima kenyataan kalau ia gagal untuk yang kedua kalinya, ga boleh nangis kan udah janji tadi, dipengumuman terakhir nanti haira pasti diterima hibur ita, semuanya terasa kabur, dan langit seakan runtuh, melihat sahabat sukses dan kita gagal adalah yang paling menyakitkan.
Gimana? Gagal lagi sambut ainun didepan pintu, ibu datang memeluk haira, sudah sudah ga usah nangis, kan masih ada satu pengumuman lagi, ibu menguatkan hati haira. Haira masuk kamar dan mengurung diri, Ia masih belum percaya kalau ia gagal lagi, oh Tuhan kenapa….? Haira tidak tahu harus bagaimana lagi, satu persatu temannya telah diterima di universitas pihannya. Tinggal satu harapan lagi SPAN PTKIN, ini menjadi tumpuan terakhirnya, tapi kabar dari bu fit peluang untuk masuk sebenarnya kecil, yang mebuat hati haira semakin ciut.
“Ada berapa orang yang mendaftar ke Jakarta” Tanya abangnya di ujung telpon sebrang sana, “banyak bang” jawab haira, “banyak berapa?” “Ada sekitar tujuh orang bang”, “mereka rengking brapa?” “Yang juara juara lah bang” jawab haira dengan logat batak mandailingnya yang khas. “Jadi Cuma kamu yang ga juara disitu?” “Ia bang jawab haira lesu”, “yaudah Jangan lupa berdoa, sholat malam, dan minta doa restu dari ibu, mohon maaf kalau ada salah, sama mohon doa juga dari kakakmu ainun dan kaka yang lainnya biar Allah permudah, Allah yang maha penentu, juara tak menjadi jaminan masuk diperguruan tinggi negeri,” nasehat abangnya, “ia bang” jawab haira dan mereka menutup telpon disore itu.
Haira sadar, selama ini ia lupa meminta do’a restu dari ibunya, karena sering ditentang dan digoyah hingga ia lupa meminta restu darinya, ia sadar sudah seharusnya ia dapat restu itu, restu dari prempuan yang melahirkanya, prempuan yang selalu ada disampingnya dalam suka maupun duka. pagi itu sehabis sholat subuh haira mendekati ibunya, ia bercerita panjang lebar, tentang mimpi dan cita-citanya ingin membahagiakan ibu, ia pasrahkan semuanya dan ia mengis di pangkuan sang ibu, “mohon doanya bu”, “dan ikhlaskan kalau haira banyak salah, aku iklas bu apapun hasilnya, yang penting ibu ridho.” Ia kita sama -sama berdoa ya semoga Allah memberikan yang terbaik. “Yang penting kalau sudah diterima harus rajin belajar ya jangan malas-malasan nasehat sang kakak ainun”.
“Giamna kepesantren gar ra?” Tanya ita dipagi itu, “Pasti lupa lagi, hari inikan pengumuman SPAN PTKIN, aku juga mau kepesantren, aku temani ya ra”, “ga usah ta, aku ga kepesantren, aku menunggu kabar dari bu fit aja gimana hasilnya”. “Yah kan ga seru ra’ ga bisa loncat locat bareng kalau lulus, ayolah ra kepesantren ya”, bujuk ita, “ga ta, aku ga kuat, aku takut kekecewaan ku terulang lagi, aku lebih baik dirumah saja menunggu hasilnya, mohon doanya ya ra semoga hasilnya yang terbaik, apapun itu.” Amiin jawab ita.
“Ga kepesantren’ katanya mau penguman”, “ga bu”, “aku dirumah aja menunggu kabar dari bu fit, aku sudah sms bu fit, aku minta tolong agar dilihat hasilnya, dan nanti aku telpon bu fit gimana hasilnya.” “Yaudah ini ainun lama bangat belum datang juga, beli ayam potong 1 ekor ajam udah mau sejam, ini kamu ulek dulu cabai ini, ibu mau nyiapin sayur bolgang dulu.” Terjadilah kerjasama yang bagus didapur itu, ada yang menanak nasi, ada yang menggorang dan ada yang menyiapakan sambal. Dapur ini adalah tempat berkumpu keluarga, dulu lebih rame sebelum kedua kakaknya menikan dan mengikuti suaminya ada yang ke jambi dan ada yang kepekanbaru, sedangkan abangnya kuliah kejakarta, kalau kumpul terasa sangat indah, apalagi katika ayah masih hidup, pikiran haira melayang-layang banyak yang ia pikirkan.
“Kok lama bangat, darimana saja sich,” “banyak yang beli ayam” bu jawab ainun, “jadi ngantri dech, aku juga beli gorengan jadi makin lama” owh ia bu fit bilang sepuluh menit lagi telpon karena pengumumannya jam 07: 00 sudah bisa dilihat, hah jam tujuh sudah bisa diihat,” lebih cepat dari bayangan haira jam 08:00, “sekarang jam berapa?” Jam 07: 05 “yaudah telpon sekarang,” “sepuluh menit yang saya maksud ketik saya beli ayam tadi”. Kata ainun dengan entengnya.
Nut..nutt.. bu fit tak mengangkat, haira menelpon ulang, lagi dan lagi. “Ga diangkat juga” Tanya ibu, “ga bu, mungkin hasilnya ga baik sehingga bu fit ga tega memberitahukannya,” tiba-tiba telponnya berbunyai, eh bu fit,, “angkat cepat” kata ainun tak sabar mendengar kabar kelulusan adiknya, “halo… “assalmu alaaikum bu,” “waalaikum salam maaf tadi ibu juga lagi ngecek hasil teman-temanmu yang lain,” “terus gimana hasilnya bu?” Haira tak mau berlama- lama, “hasilnya kurang bagus jawab bu fit yang seakan merontokkan seluruh isi bumi,” “maksudnya bu,” “yang sabar ya ra kata bu fit”. Haira udah tau arah pembicaraan bu fit, “yang sabar ya karena Cuma kamu yang diterima di uin Jakarta,” teman teman mu yang lain belum beruntung, selamat ya” kata bu fit.
Seketika semuanya jadi cerah, ia tak tahu harus berbuat apa, gembira atau sedih yang pasti ia langsung memeluk ibu dan kakanya, kalau ia diterima kuliah dijakarta, ditempat abanganya. Ira,,, ira suara bu fit ditelpon, ia bu. jangan lupa besok kepesantren ya kita urus daftar ulangmu, ok bu jawab haira mantap. Pagi itu cuacanya beda, cerah dan menyejukkan.
Indah pada waktunya, Tuhan menjawab doa doa indahnya, kalau Tuhan yang menentukan siapa yang bisa menentang, ia sadar ia bukan anak pintar, bukan juara kelas, tapi Tuhan berkata lain, ia yang Allah takdirkan lulus, sedangkan teman-temannya yang lain masih menunggu, dalam lirih haira berdoa, terima kasih Tuhan atas cintamu yang menjulang, terimakasih ibu atas do’amu yang ikhlas, aku yakin ini tak lepas dari do’a do’a malammu. Ini langkah awalku semoga kau ridhoi langkah-langkah ku selanjutnya. amiin