Siang itu terlihat cerah, anak anak
desa kampung pasir seperti diriku sibuk bermain dihalaman rumah nenek, rumput
nan hijau dan halamannya yang luas menjadikannya tempat pavorit buat kami.
berlari, meloncat, berguling dengan bebas adalah hal yang begitu menyenangkan, yah
masa kanak-kanak bahagia itu memang sederhana, sesederhana pikiran kami yang
masih pendek.
Tapi siang itu seakan cepat berlalu,
sore menyapa dengan membawa mendung didalamnya, perlahan gerimis turun menyapa
bumi, dengan kasarnya mengusir kecerian kami di sore itu. Ah mendung itu selalu
menanamkan luka dihatiku, mendung yang mengabarkan perpisahan antara aku dan
ayah.
Apa kabar ayah disana? Rasanya sudah
lama, dan bahkan sangat lama sekali ayah telah meninggalkanku.
Apakah ayah sudah benar-benar lupa
denganku, hingga dalam mimpi engkau enggan menyapaku. Ayah andai kau tahu betapa
beratnya hidup ini tanpamu, andai ayah tahu ternyata orang-orang yang dulu baik
ketika ayah masih ada sekarang mereka telah tiada, mereka hilang seiring dengan
kepergianmu.
Ayah engkau adalah ceritaku yang hilang,
ayah adalah piluku yang malang, ah betapa aku rindu pada ayah, merindukanmu
adalah hal yang paling abadi dihatiku, ayah tahu betapa banyak orang tak
menyayangi ayahnya, saat aku kehilangan ayah tercinta, ayah kapan kamu hadir
dalam mimpiku? Ah mungkin ayah sudah lupa denganku? Atau aku memang bukan anak
yang membanggakan buat ayah? Entahlah, sejak kepergian ayah, semuanya terasa
berubah.
Aku sempat tinggal dengan orang lain yang
aku ingin sekali memangginya ayah, aku lihat anak-anaknya begitu tidak
menghormatinya, ingin rasanya aku marah kepada anak-anaknya, tapi tetap saja ia
sangat mencintai anak-anaknya, kadang aku bayangkan dia adalah ayah, hingga aku
sangat mencintainya, tapi tetap saja dia bukan ayah, yah aku harus sadarkan
diriku bahwa dia bukanlah ayahku, hanya kamu ayahku, hanya ayah seorang yang
cintanya tiada tara, tapi kenapa ayah begitu cepat menghilang?
Andai ayah tahu, setelah kepergian ayah
jalan ceritaku banyak berubah, ayah masih ingatkan, kalau waktunya liburan ayah
selalu mengajak kami kepasar malam, tempat hiburan keluarga yang paling menawan,
disana kita bermain ayunan, temabk –tembakan dan masih banyak lagi, aku juga masih
ingat ayah juga yang menjagaku diluar goa hantu di pasar malam itu karena aku sangat
takut dan tidak mau masuk goa, aku benar –benar takut hantu di goa itu, saat
kakak mengejekku dan mengatakan aku anak penakut ayah juga yang memotivasiku
agar aku tidak perlu takut.
Dan apakah ayah masih ingat kalau
ayah yang selalu mengajakku kekebun sambil menggendongku di pundak ayah, apa
ayah masih ingat kalau di sawah ayah selalu mengajakku mencari ikan, dan ibu
selalu memasak ikan yang kita bawa pulang dengan masakan yang paling enak, apa
ayah masih ingat semua itu?
Itu adalah kenangan terindah yang pernah
aku punya bersama ayah, cerita keabadian yang selalu kukenang selamanya dan
jujur aku katakan padamu ayah kalau anakmu begitu bangga pada ayah, hingga kau
menutup mata, aku masih menemukan cinta disana. Ia delapan tahun bersan ayah
adalah hariku yang terindah dan Hari ini disaat aku merasa letih, bahkan ingin
menyerah, aku tuliskan sebuah kisah kerinduan ini, agar aku merasa terhibur,
agar hatiku selalu kuat, agar aku ingat bahwa aku pernah memiliki seorang ayah
yang hebat.
Bagaimanapun keadaan ayah disana, aku yakin
Tuhan akan selalu memeluk ayah dengan indah, sungguh aku merasa kekanak-kanakan
ayah, aku selalu kekanak-kanakan dihadapan ayah, dan memang aku merasa bahwa
aku masih anak-anak, aku masih kecil dimata ayah, dan aku tak ingin dewasa, aku
ingin tetap menjadi anak kecil yang ayah tuntun kemanapun ayah pergi.
semoga 15 tahun yang berlalu tanpa
ayah akan mengobati rindu ini, semoga anak kecil yang merindukan ayahnya akan
menemukan ayahnya kembali, walaupun hanya dalam mimpi.
Anakmu