Rabu, 13 Januari 2016

ayah




Siang itu terlihat cerah, anak anak desa kampung pasir seperti diriku sibuk bermain dihalaman rumah nenek, rumput nan hijau dan halamannya yang luas menjadikannya tempat pavorit buat kami. berlari, meloncat, berguling dengan bebas adalah hal yang begitu menyenangkan, yah masa kanak-kanak bahagia itu memang sederhana, sesederhana pikiran kami yang masih pendek.
Tapi siang itu seakan cepat berlalu, sore menyapa dengan membawa mendung didalamnya, perlahan gerimis turun menyapa bumi, dengan kasarnya mengusir kecerian kami di sore itu. Ah mendung itu selalu menanamkan luka dihatiku, mendung yang mengabarkan perpisahan antara aku dan ayah.
Apa kabar ayah disana? Rasanya sudah lama, dan bahkan sangat lama sekali ayah telah meninggalkanku.
Apakah ayah sudah benar-benar lupa denganku, hingga dalam mimpi engkau enggan menyapaku. Ayah andai kau tahu betapa beratnya hidup ini tanpamu, andai ayah tahu ternyata orang-orang yang dulu baik ketika ayah masih ada sekarang mereka telah tiada, mereka hilang seiring dengan kepergianmu.
     Ayah engkau adalah ceritaku yang hilang, ayah adalah piluku yang malang, ah betapa aku rindu pada ayah, merindukanmu adalah hal yang paling abadi dihatiku, ayah tahu betapa banyak orang tak menyayangi ayahnya, saat aku kehilangan ayah tercinta, ayah kapan kamu hadir dalam mimpiku? Ah mungkin ayah sudah lupa denganku? Atau aku memang bukan anak yang membanggakan buat ayah? Entahlah, sejak kepergian ayah, semuanya terasa berubah.
     Aku sempat tinggal dengan orang lain yang aku ingin sekali memangginya ayah, aku lihat anak-anaknya begitu tidak menghormatinya, ingin rasanya aku marah kepada anak-anaknya, tapi tetap saja ia sangat mencintai anak-anaknya, kadang aku bayangkan dia adalah ayah, hingga aku sangat mencintainya, tapi tetap saja dia bukan ayah, yah aku harus sadarkan diriku bahwa dia bukanlah ayahku, hanya kamu ayahku, hanya ayah seorang yang cintanya tiada tara, tapi kenapa ayah begitu cepat menghilang?
     Andai ayah tahu, setelah kepergian ayah jalan ceritaku banyak berubah, ayah masih ingatkan, kalau waktunya liburan ayah selalu mengajak kami kepasar malam, tempat hiburan keluarga yang paling menawan, disana kita bermain ayunan, temabk –tembakan dan masih banyak lagi, aku juga masih ingat ayah juga yang menjagaku diluar goa hantu di pasar malam itu karena aku sangat takut dan tidak mau masuk goa, aku benar –benar takut hantu di goa itu, saat kakak mengejekku dan mengatakan aku anak penakut ayah juga yang memotivasiku agar aku tidak perlu takut.
Dan apakah ayah masih ingat kalau ayah yang selalu mengajakku kekebun sambil menggendongku di pundak ayah, apa ayah masih ingat kalau di sawah ayah selalu mengajakku mencari ikan, dan ibu selalu memasak ikan yang kita bawa pulang dengan masakan yang paling enak, apa ayah masih ingat semua itu?
     Itu adalah kenangan terindah yang pernah aku punya bersama ayah, cerita keabadian yang selalu kukenang selamanya dan jujur aku katakan padamu ayah kalau anakmu begitu bangga pada ayah, hingga kau menutup mata, aku masih menemukan cinta disana. Ia delapan tahun bersan ayah adalah hariku yang terindah dan Hari ini disaat aku merasa letih, bahkan ingin menyerah, aku tuliskan sebuah kisah kerinduan ini, agar aku merasa terhibur, agar hatiku selalu kuat, agar aku ingat bahwa aku pernah memiliki seorang ayah yang hebat.
     Bagaimanapun keadaan ayah disana, aku yakin Tuhan akan selalu memeluk ayah dengan indah, sungguh aku merasa kekanak-kanakan ayah, aku selalu kekanak-kanakan dihadapan ayah, dan memang aku merasa bahwa aku masih anak-anak, aku masih kecil dimata ayah, dan aku tak ingin dewasa, aku ingin tetap menjadi anak kecil yang ayah tuntun kemanapun ayah pergi.
semoga 15 tahun yang berlalu tanpa ayah akan mengobati rindu ini, semoga anak kecil yang merindukan ayahnya akan menemukan ayahnya kembali, walaupun hanya dalam mimpi.

Anakmu