Minggu, 13 April 2014

KEMBALI DALAM SUJUDMU



D
arah kelelakiannya membuncah, dinginnya kota malang serta indahnya tubuh wanita dihadapanya menambah gairahnya saja, belum lagi ajakan manja dan gerak nakal yang dipertontonkan wanita itu menambah panas suasana, akal sehatnyapun hilang, ia mendekat dan mulai mengikuti permainan, ia mulai bercumbu mesra, menikmati sebagian tubuh wanita yang belum halal baginya, menikmatinya dan mulai merasakannya, perlahan tapi pasti, ia merasakan indahnya santapan malam itu, ia melakukannya secara perlahan, terus-menerus, semakin dalam, dan semakin larut dalam pelukan wanita tersebut.
Adegan itu berjalan beberapa saat, dengan gaya dan cara-cara yang berbeda, mereka terus menciptakan kenikmatan demi kenikmatan yang semu dan sesaat, namun entah kenapa, ketika ia hendak menuntaskan tugasnya, merenggut mahkota paling berharga milik wanita itu, tiba-tiba saja ada sosok yang hadir dipelupuk matanya,  sosok yang tak asing baginya, sosok yang begitu ia kenal, sosok seorang ibuk yang teduh dan penuh kasih, ibuk yang selama ini membimbing dan menasehatinya, wajah itupun semakin jelas hadir dipelupuk matanya dan tampak dari rona wajah itu begitu bersedih melihat anaknya melakukan tindakan yang dilarang agama.
Pemuda itu beristigfar, Astagfirullah..... Terbesit dalam hatinya penyesalan yang mendalam, apa yang telah aku lakukan ya robb, ampunilah dosaku (rintih pemuda itu), ia melompat dari atas tubuh wanita itu, dan berusaha menghindari ajakannya. Namun tidak mudah, wanita itu tidak tinggal diam, ia memaksa pemuda itu untuk menuntaskan semuanya, wanita itu menggenggam erat tangan pemuda itu dan memaksanya untuk tetap bersamanya.
Sosok ibuk yang sholeha, yang hari-harinya penuh dengan lautan tasbih terus menerawang diwajah pemuda itu, nasehat indah ibuknya agar kelak dirinya menjadi anak yang  sholeh terus terekam dimemori otaknya, namun sekarang ia terhimpit, terbelenggu oleh pergaulan bebas yang mengantarkannya menuju jalan dosa ini, ia sudah terlanjur mengikuti ajakan wanita yang merupakan kekasih barunya dikampus biru itu.
Saat ia mulai ragu dan bimbang, setan terus memainkannya, menggodanya dan membisikkan kenikmatan-kenikmatan yang tiada tara yang akan ia terima, ajakan untuk berzinah terus dikumandangkan wanita itu, wanita itupun pasrah dan merasa bahagia kalau mahkotanya direnggut pemuda sepertinya, tidak akan ada tuntutan tanggung jawab apapun, selain wanita itu menanti kenikmatan dari pemuda yang ia cintai, batin pemuda itu bergejolak, hatinya bergemuruh, ia lelaki normal yang darahnya mendidih melihat keindahan tubuh wanita seperti itu.
Tapi lagi-lagi sosok ibuk terus membayang, rasanya ia tidak sanggup melanggar nasehat-nasehat ibuknya, hatinyapun perlahan luluh, matanya basah, ia melihat betapa bejat dirinya, ia sadar telah mengkhianati kepercayaan sang ibuk dan telah banyak melanggar perintah Tuhannya. ia menarik tangannya secara paksa yang sejak tadi digenggam wanita itu, ia kembali memakai baju dan  meninggalkan wanita tersebut.
Aji tersadar, ia telah terlampau jauh dan semakin dalam terkubur dalam kubangan dosa ini, terseret oleh arus kebebasan yang telah dipilihnya, ia mulai sadar ini bukan jalan yang diinginkannya, jalan para pendosa dan dimurkai Tuhannya, tapi ia juga sadar tidak mudah keluar dari jalan yang telah lama menjadi bagian dari hidupnya itu. 
Aji tetunduk malu, malu akan perbuatannya selama ini, betapa ia telah banyak berubah, dari anak baik-baik menjadi anak yang nakal dan begitu menentang orang tua, semenjak ia masuk  SMA dipulau garam madura, sampai kuliah dikota apple ini tidak terhitung lagi dosa-dosa yang telah diperbuatnya, Aji terkekang oleh kebebasan yang ia idam-idamkan sejak dulu.
Aji memang telah banyak berubah, ia tidak peduli lagi dengan aturan-aturan yang selama ini membelenggunya, Aji bosan dengan kekangan bapaknya yang begitu otoriter, yang mendiktenya dalam setiap tindakan dan mengatur semua pergaulannya.
 Aji tak terima perlakuan yang berlebihan itu, ia ingin seperti teman-temannya yang lain, bebas menentukan pilihan, cukuplah selama ini ia diatur dan dikekang, sekarang  ia merasa sudah dewasa dan ingin bebas dan lekas keluar dari aturan keluarga yang begitu memenjarakannya, namun keinginannya tak terpenuhi, dibatasi oleh tembok-tembok raksasa yang ciptakan sang bapak sehingga ia berontak dan mulai melawan.
Puncaknya setelah ia hidup di kota Apple ini, ia merasa bebas bagaikan burung lepas, jauh dari pantauan orang tua dan sanak saudara, tak ada lagi aturan bapak dan ibuknya, ia bebas menentukan siapa temannya, dan bebas melakukan hal-hal yang dilarang agama, semua tergantung dirinya, dialah pemilik kebebasan itu, apapun bisa ia lakukan, melanjutkan kebebasan masa SMA yang sedikit tertunda oleh aturan–aturan bapak dan ibuknya.
ketika masa SMA diskotik, minuman keras, merupakan sesuatu yang diharamkan baginya, kini semuanya menjadi halal dan takkan ada yang melarangnya, bebas tanpa batas.
Kehidupan barunyapun dimulai di kampus ternama itu, tentu saja banyak anak-anak orang kaya disana yang hedonis dan konsumtif, bergaya dan penuh dengan barang-barang mewah, keinginannyapun tepat ia menemukan teman-teman yang menawarkan kebebasan, pamer kekayaan dan penuh dengan kehidupan dunia malam, merekapun telah terkotak-kotakkan oleh kehidupan yang mereka ciptakan sendiri, menjadi anak-anak yang eksklusif dan terpandang dikampus.
Kini semua keinginannya telah tercapai, Aji telah menuntaskan pembrontakannya dan memenuhi semua keinginannya, club malam dan semua yang ada didalamnya telah menjadi bagian dari hidupnya. Bertahun –tahun ia menikmati hidup seperti itu, hidup tanpa ada arah dan tujuan. Tapi tetap saja Aji tidak bahagia, hatinya tak pernah damai, pikirannya kacau, padahal semua kebutuhannya terpenuhi, kebebasannya tercapai, hatinyapun terus bergejolak, meronta menderita, sehingga ia mulai bertanya dimanakah letak kebahagian itu?  kenapa semuanya terasa hambar dan hidup begitu gersang,  selama ini  ia selalu berasumsi bahwa kebahagian itu ada pada kebebasan itu sendiri, namun ternyata ia salah, karena ia tidak menemukannya disana, bahkan selalu saja ia menyesal dan tersiksa setelah melakukan hal-hal yang dilarang agama.
Belum lagi teman-teman yang ia banggakan dikampus itu tidak lebih dari teman sesaat, yang ada saat mereka butuh saja, sangat materialistis dan hanya ingin berpoya- poya saja, perlahan Aji mulai sadar ternyata mereka ada hanya untuk uang dan materi semata, belum lagi pengaruh buruk yang telah ia terima, tanpa sadar ternyata ia telah terseret jauh dan semakin dalam, semua itu semakin menguatkan tekadnya  untuk segera berhenti dan keluar dari kehidupan yang penuh dosa ini.
Rasanya ia ingin kembali, kembali menjadi Aji yang dulu, ketika ia masih SD dan SMP, menjadi Aji yang baik, sholeh dan menurut kepada orang tua, ia ingin kembali kepangkuan bapak dan ibuknya, kembali mereguk kasih sayang mereka yang telah lama hilang, namun ia takut, takut akan ditinggalkan teman-temannya, takut akan ditertawakan oleh genknya, takut sendiri dan tak ada yang mau menemani, hatinya bergemuruh dan bimbang,
saat-saat seperti itu, saat hening menyelimuti, ketika dingin kota malang menghantui, ia mulai mengetuk pintu Tuhan, ia bangun menatap malam dan menghadap Robbnya, bertahajjud dan memohon petunjukNYA, ia sadar dirinya begitu hina dan tak pantas menghadap Tuhan, namun ia tetap  memohon petunjuk dan mohon  ampun atas segala dosa-dosa yang telah berlalu, dosa kepada bapak dan ibuknya, dosa atas semua pergaulan malamnya.
Dalam setiap rukuk dan sujudnya berlinang air mata, mengingat semua kesalahan yang tiada tara, dalam do’a ia merintih, dalam malam ia meminta dekapan dari Tuhan, malam itu semua keburukan yang pernah ia lakukan termasuk dosa kepada bapak dan ibunya mulai diputar ulang dimomerinya, ia seperti menonton bioskop layar lebar yang menceritakan semua kehidupannya, dialah aktor dan pemain  utamanya.
Ia mulai melihat sosok anak kecil yang soleh, yang begitu menurut kepada bapak dan ibunya, ia melihat kebiasaan sang bapak yang memegang erat tangannya dan menuntunnya kemasjid untuk melaksanakan sholat berjamaah, ia melihat betapa  dekatnya ia dengan bapaknya kala itu, melihat masa-masa SD dimana ia begitu disayang dan dimanjakan, apapun yang ia inginkan selalu dipenuhi, rekaman kebahagiaan itu terus berputar hingga pada suatu peristiwa yang mengubah segalanya, saat ia beranjak dewasa dan mulai mengikuti kehidupan teman-temannya.
Adengan itu terus berlanjut hingga ia melihat dirinya dan genk venos kebanggaanya, genk yang selama ini ia puja, yang memberikan kehormatan penuh kepadanya, menjadikannya sebagai orang yang dihormati dan dipuja, ia juga  menyaksikan club malam yang selalu mereka jadikan tempat untuk berpesta pora, minum-minuman keras dan semua kehidupannya yang berbau dunia malam.
 Melihat perubahan buruk yang ada dalam diri Aji, membuat bapaknya geram, dan sangat marah sehingga ia melarang Aji bergaul dengan teman-temannya, Aji yang merasa sudah dewasa tidak terima larangan bapaknya, ia berontak dan tetap bergaul dengan teman-temanya, yang berujung pada adu mulut dan perang antara keduanya, semenjak kejadian itu Aji tidak pernah lagi harmonis dengan bapaknya, bahkan ia malas bicara dengannya.
 Ibuknya selalu saja menjadi objek yang disalahkan sang bapak, dituding sebagai  seorang ibuk yang tidak becus mengurusi anak, terlalu memanjakan dan menuruti semua keinginan anaknya, terkadang Aji sakit hati mendengar tudingan bapaknya itu, namun ia lebih memilih untuk diam. Ia sadar dirinyalah yang sering menjadi pemicu pertengkaran diantara keduanya,  ketika sudah seperti itu satu-satunya tempat pelariannya adalah diskotik, bahkan ia masih ingat sangat ketika dirinya pernah dibopong teman-temannya pulang kerumahnya karena terlalu banyak minum dan tak sadarkan diri, tentu saja hal itu membuat malu keluarga dan menambah panas suasana.
Ia melihat tangis yang membuncah dan kesedihan yang mendalam tampak dari wajah ibuknya, ia melihat dengan jelas kecintaan dan kasih sayang yang tulus dari seorang yang sudah lama ia tidak mau bicara kepadanya, dalam diam masih ada cinta yang terpendam, dalam benci masih ada rindu yang bersemi, rekaman demi rekaman itu semakin memohok dan memojokkanya betapa ia begitu durhaka selama ini.
Padahal semua fasilitas dan kemewahan yang ia terima selama ini berasal dari mereka, merekalah yang berjuang banting tulang demi bisa mewujudkan cita-citanya, terutama sang ibuk, yang bekerja mati-matian bahkan tidak bisa tidur nyenyak memikirkan bagaimana agar usahanya lancar demi membiayai dan memenuhi kebutuhan anak-anaknya, hatinyapun terenyuh, luluh dan hanya air mata yang bisa melukiskan semuanya saat itu.
Dalam hatinya ia merintih, berharap kepada Tuhan agar ia diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dan bisa membahagiakan kedua orang tuanya, memberi kebanggaan pada mereka dan meyakinkan mereka bahwa ia bisa menjadi anak yang dibanggakan.
Namun ternyata tidak mudah, banyak hal yang harus dikorbankan, banyak derita yang harus ditanggung, belum lagi banyaknya cobaan yang datang silih berganti, ditinggalkan teman-teman, dicibir bahkan dihina, dikatakan manusia yang mati rasa, tapi seiring dengan berjalannya waktu, Kini masa jahiliyah itu telah berlalu, Aji mengubur semua kenangan buruk dan dunia malamnya, perlahan iapun kembali meraih apa yang sempat dulu hilang, kini ia dipercaya keluarga, ketika pulang kerumah ia tidak lagi sibuk bermain bersama genk kebanggaannya, ia membantu ibuknya berdagang, menunjukkan dedikasinya sebagai anak yang pantas dibanggakan, disela – sela kehidupannya dirumah ia mulai bicara dari hati-kehati dengan bapaknya, mengikuti keinginannya dan berusaha mewujudkan mimpi-mimpinya.
Kini semuanya berjalan dengan baik, hatinyapun damai, pikirannya tenang, mesti sering dikucilkan teman-temannya, dicibir dan bahkan ditinggalkan,  ora opo-opo karena ia bahagia, bahagia dalam pelukan orang tuanya, bahagia dalam dekapan Tuhannya. Ia sadar jalan ini tidak mudah penuh cobaan dan aral melintang, tapi ia tetap bahagia karena inilah jalan hidup yang ia pilih, jalan yang membuat banyak orang iri bahkan benci, yang membuat para bidadari surga tak bersabar untuk bertemu dengannya, jalan para nabi dan rasul, jalan menuju keselamatan dunia dan akhirat.

Jumat, 07 Maret 2014

Jalan Dakwah Kita (Kammi Uin Jakarta)


Jalan Dakwah Kita
(Kammi Uin Jakarta)

Pagi itu bergemuruh, Ciputat dan kekhasan intlektualnya bersinar indah, aula itu mulai dipenuhi dengan derap langkah dan musik penyemangat jiwa, tampak beberapa pemuda-pemudi kampus biru itu sibuk mempersiapkan acara, ya.. acara Muskom dan Laporan Pertanggung  Jawaban masa bakti mereka sebagi pemangku dakwah diKammi Uin Jakarta  pada periode 2013-2014.
Beberapa diantara mereka terlihat senyum sumringah  menyambut akhir masa jabatan ini, namun tidak sedikit pula yang nampak termenung mengingat masa – masa perjuangan dakwah, teringat masa-masa sulit dan perjuangan berat selama ini, betapa  tidak,  dakwah yang seharusnya mereka emban bersama, yang ketika mereka disumpah dulu namun tidak banyak yang istiqomah dan meninggalkan tanggung jawab begitu saja, banyak yang berguguran dijalan dakwah ini, dan memilih jalan lain.
Namun dakwah tetaplah dakwah, tidak peduli seberapa banyak penghuni perahu dakwah ini, ia harus terus berlayar dan fokus pada tujuan, walau ia harus menentang badai,  ombak, bahkan tsunami sekalipun, memang tak banyak yang bisa bertahan diperahu dakwah ini, hanya mereka yang mempunyai azzam yang kokoh yang mampu bertahan, mereka yang bekerja dengan satu tekat yaitu  istiqomah dijalan dakwah.
Pagi itu tiba –tiba saja suasana berubah begitu cepatnya, mendung dilangit Ciputat, para pemangku dakwah Kammi Uin Jakarta mendapatkan kritikan tajam dari Kammda Tangsel, Laporan Pertanggung Jawaban dakwah yang mereka emban selama ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, banyak dugaan plagiasi bahkan manipulasi data.
Hingga suasana pagi itupun berubah menjadi tegang dengan penyobekan Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) yang dilakukan oleh akhwat dari Kammda karena menganggap ada manipulasi data, dan merasa peran dakwah telah mati. sore itu acara ditutup dengan ditolaknya laporan pertanggung jawaban (LPJ) dakwah selama satu tahun yang diemban para pemangku dakwah Kammi Uin jakarta  priode 2013-2014, dan membuat suasana jadi haru biru.
Banyak yang menyayangkan kenapa LPJ tersebut harus ditolak, kenapa tidak diterima saja namun dengan adanya prasyarat yang harus mereka tunaikan, banyak spekulasi yang muncul saat itu, namun keputusan tetaplah keputusan bahwa LPJ tersebut ditolak.
Ada yang menangis berlinang air mata, ada yang  merenung mencoba mengambil hikmahnya saja, ada yang hanya bisa diam dan bungkam seribu bahasa, mereka tak bisa berkata apa-apa, namun diatara mereka itu semua ada juga yang tetap tersenyum manis dan optimis. J
Itulah sepennggal kisah saat Muskom dan  Laporan Pertanggung Jawaban Dakwah, akhir periode kesatuan aksi mashasiswa muslim indonesia (Kammi Uin Jakarta) periode amanah 2013-2014 yang begitu mengharukan, ia menjadi rekam jejak dan sejarah yang tidak mungkin dilupakan, pahit memang tapi kelak semuanya akan berakhir indah.
Kejadian tersebut seharusnya menjadi cambuk penyulut api semangat bagi kita, apalagi untuk mereka generasi pemangku dakwah selanjutnya, ternyata betapa begitu rapuhnya kita, hingga tidak mampu bersinergi dan menjadi kader yang saling mengokohkan satu sama lain.
Karena memang Terkadang kita lupa bahwa amanah yang kita emban, dakwah yang kita pikul hanyalah pemberian manusia semata, sehingga kita lalai dan lupa bahwa  ada Dzat yang maha agung yang melihat dan menilai gerak gerik kita setiap masa.
Sehingga kita tidak berusaha mengerahkan semua daya dan upaya kita untuk menciptakan prestasi yang terbaik, menghasilkan prestasi gemilang yang pantas untuk dikenang. Kita tidak berusaha membuka daya dobrak yang baru,  kita malah sibuk pada urusan dunia kita masing-masing yang akhirnya  menimbulkan sikap apatis dan tak peduli.
Namun diantara kita ada juga yang hanya diam seribu bahasa, tidak menyesal dan merasa bersalah, kita tidak sadar bahwa amanah yang dibebankan kepada kita kelak akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Tuhan raja diraja yang pengadilannya tidak bisa dimanipulasi manusia, ketidak sadaran tersebutlah yang menciptakan kita menjadi manusia yang pasif sehingga menimbulkan sikap wahn dalam diri kita  malas dan cinta dunia.
Namun bagi mereka yang berjuang sekuat tenaga dijalan dakwah ini, mereka yang sudah menghabiskan tenaga, pikiran dan kekuatannya guna memajukan prahu dakwah ini meyakini bahwa pengadilan manusia begitu lemah,  karena mereka juga manusia biasa yang rapuh dan salah jua.
sehingga mereka tidak berkecil hati hanya karena lembaran kertas LPJ itu ditolak ataupun disobek, karena bagi mereka yang ikhlas, sejatinya dakwah mereka bukanlah karena ingin mendapat penghargaan dari manusia, namun mereka berfikir cerdas dan berpandangan luas, dan semua yang mereka lakukan adalah dakwah karena Allah, mereka hanya bisa istiqomah dan berusaha, hasilnya bukan lagi ranah mereka karena hasil merupakan ranah Tuhan yang tidak bisa diganggu gugat. Yang penting bagi mereka mereka telah melakukan hal terbaik untuk dakwah ini.
Merekalah kelak yang mendapatkan tropi diakhirat sebagai pemenang dari tangan Tuhan atas kesungguhan mereka menjalankan amanah, yang mereka tidak takut cacat dan buruk dimata manusia, karena mereka meyakini satu hal bahwa: lebih baik indah dimata Allah daripada indah dimata manusia.
Yah,,,begitulah seharusnya para pemangku dakwah ini berkeyakinan, karena amanah yang mereka emban dakwah yang mereka pikul adalah ladang dan arena jihad bagi mereka, yang  tidak ada satu manusiapun mampu menilai kekuratannya kecuali Allah yang maha Mulia.
Dakwah ini akan terus berlanjut, namun sebelum perahu ini berlayar mari kita menepuk dada kita masing-masing, kita berfikir dan bertafakur bareng sejenak dan melihat kedalam diri kita masing –masing, mungkin masih ada yang salah dengan niat kita menumpangi perahu dakwah ini.
Jangan hanya karena jabatan dan kekuasaan yang hendak kita capai, ataupun popularitas yang kita cari meredam dan membawa kita menuju kehancuran. Astagfirullah.

Oleh: Ali Rohman Nasution



Jumat, 24 Januari 2014

GARA GARA BAU MULUT :)


Gara-gara bau mulut J
oleh : ali rohman nasution
Suatu hari, ketika saya mengikuti acara Mario Teguh  golden ways disalah satu stasiun televisi di Jakarta, dimana waktu itu dikarenakan keterlambatan  datang ke studio kami hanya mendapatkakan tempat duduk dipojok paling belakang, tepat disamping kanan saya ada seorang bapak berumur sekitar 30an yang juga terlambat masuk kestudio, sedangkan disamping kiri  ada sahabat saya faris yang datang berasamaan dengan saya.
Acara mario teguh golden ways merupakan acara televisi pavorit saya, dikarenakan trobosan- trobosan dan pesan moral serta motivasi yang disampaikan pak Mario teguh selau memberi daya dorong dan motivasi tersendiri bagi saya, sehingga pada kesempatan itu saya menyempatkan diri untuk hadir distudio, agar efek pesannya lebih berasa dan berdampak baik bagi kehidupan saya.
Pak Mario seperti biasanya, membuka acara dengan menyapa penonton dan mengucapkan terima kasih karena telah hadir distudio, kemudian ia turun dari panggung dan mencium istrinya sebagai bentuk kasih sayangnya sebelum memulai acara, setelah itu pak Mario memulai acaranya yang pada waktu itu bertemakan bersabar dalam bencana, pak Mario mengawali materinya dengan ice breking, beliau melucu yang mengundang gelak tawa seluruh audience yang hadir distudio tidak terkecuali saya.
Pada awal acara dimulai saya bisa fokus kepada pesan-pesan yang disampaikan pak mario, namun entah kenapa ketika acara terus berjalan  saya merasa ada sesuatu yang aneh disekitar saya, saya mencium bau yang tidak sedap ketika bapak disamping saya tertawa , ada bau yang begitu tidak enak, yang membuat perut saya mules dan mau muntah, tapi saya berusaha menahannya agar tidak ketahuan kalau saya merasa sangat terganggu dengan bau mulut bapak tersebut.
Saya benar-benar tidak tahan dengan bau mulutnya, beberapa kali saya mencoba untuk menerapi diri saya dan melupakan bau tersebut dan mulai fokus dengan pak Mario Teguh, namun hasilnya nihil, tetap saja saya tidak dapat menahan baunya,  hingga beberapa kali saya memalingkan muka ke arah teman saya faris, dan mulai menghindar dari bau tersebut.
Waktu itu saya merasa waktu berjalan lamban, yang terpikir dibenak saya hanya ingin pindah tempat duduk, namun karena acara shooting masih berlangsung, membuat saya tidak bisa kemana-mana,  selain menikmati bau yang begitu mengganggu dan membuat buyar konsentrasi, saya benar-benar tidak dapat menangkap pesan-pesan yang disampaikan pak Mario, dan merasa begitu sial pada kesempatan tersebut,  satu –satunya pesan yang saya dapatkan yaitu bersabar ditengah bencana, yang menandakan saya harus bersabar terhadap bencana bau mulut orang yang ada disamping saya.
Setelah acara Mario teguh selesai, faris teman saya menanyakan kenapa saya begitu tidak fokus menyaksikan acara mario tersebut, sayapun menjelaskan semuanya, dan ternyata iapun merasakan bau mulut tersebut, walaupun tidak terlalu kuat, kamipun tertawa bersama mengenangnya.
Ya memang cerita ini sederhana, dan bau mulutpun kita anggap biasa, namun ternyata efeknya begitu membahana, pengalaman tersebut ternyata menambah kekaguman saya kepada Islam, betapa Islam mengatur semua tatanan kehidupan manusia, mulai dari yang paling kompleks sampai kepada yang paling sederhana sekalipun,  efek bau mulut biasanya dikarenakan beberapa faktor, diantaranya karena tidak sikat gigi atau karena pengaruh makanan yang berbau tidak enak seperti jengkol, petai, bawang putih dan masih banyak lagi.
Itulah sebabnya dalam pandangan hukum Islam memakan makanan yang menimbulkan bau tidak sedap itu hukumnya makruh, bukan karena ia diharamkan, ia tetap halal akantetapi tidak baik untuk dikonsumsi karene menimbulkan efek bau, begitulah indahnya ajaran Islam, Islam menganjurkan umatnya untuk senantiasa mengkonsumsi  makanan yang halal lagi baik, baik dari segi takaran gizinya, protein, lemak yang dikandung dll, juga berkaitan dengan bau makanan tersebut.
Begitu indahnya ajaran Islam, sehingga ia menjamah seluruh kehidupan umatnya, ia menuntun dan mengarahkan umatnya untuk selalu menuju kesempurnaan, ia tidak mengiinkan umatnya tampil kumuh dan  bau, sehingga ia menganjurkan kebersihan, sederhana namun begitu berharga, itulah ajaran Islam yang sempurna.
Yuk... sahabat semua, mari mengatur pola makanan kita, agar tercipta kesehatan yang baik bagi diri kita begitu juga baik bagi orang lain, semoga tulisan sederhana ini memberi manfaat bagi semuanya, amiin.