Sabtu, 26 Januari 2013

Nyanyian dari Surga



Hari itu selasa 12 januari 2013, terik matahari begitu panas, seperti biasa Jakarta dan semua kesibukannya, aku berlari menuju kopaja benomor 20 itu, bersama penumpang lainnya yang tidak mau ketinggalan kenderaan,  hari ini aku harus mengikuti kelas Public Speaking  bersama ka Rio didaerah Mampang, Buncit, Jakarta Selatan, aku duduk di kursi paling pojok tiga baris dari belakang kursi pak supir,terlihat suasana diluar jendela kaca kopaja ini begitu sibuk, orang-orang lalu lalang datang dan pergi sesuai dengan kesibukannya masing-masing, kesibukan yang melelahkan pikirku,  sembari menghilangkan kepenatan perlahan kubuka hp blackberryku dan  mulai membaca berita kompas.com,  kulihat banyak  sajian  berita, mulai dari  mengenai banjir di Jakarta, pengangkatan Menpora baru, serta  Jokowi dan Ahok meninjau banjir di Jakarta,  aku tertarik dengan tokoh yang bernama Jokowi, dia dinobatkan sebagai walikota terbaik dunia ketiga , sungguh prestasi yang luar biasa menurutku, walau pak Jokowi sendiri merasa itu suatu hal yang biasa-biasa saja,  aku menikmati sajian  berita di Kopaja tersebut, sambil menunggu penumpang yang lain,  karena Kopaja ini tidak akan jalan kalau penumpangnya belum penuh, bahkan harus berdesak-desakan seperti tumpukan ikan sarden,  panas, bau, dan tak sedap lainnya  menghantuiku diangkutan umum ini, namun demi sebuah cita-cita menjadi seorang public speaker, aku rela menjalani ini semua.
            Didalam kopaja  pikiranku melayang-layang, sambil berbisik  dalam hati seandainya aku anak orang kaya, pasti aku akan lebih semangat dan lebih mudah lagi dalam menuntut ilmu, aku akan minta mobil sama orang tua, kemudian aku bisa kursus dimana saja yang aku suka, kejadian-kejadian  di kopaja  memang membuatku ingin memiliki kenderaan sendiri,  seperti pencopetan,penipuan,  pengamen yang kadang-kadang tidak ramah dll,  terkadang semua itu  membuatku bete, hingga akhirnya tidak mensyukuri apa yang telah tuhan anugerahkan untukku.
            Belum lagi mengenai kursus yang selama ini aku dambakan,  kursus bahasa inggris dengan high class, namun karena kendala biaya akhirnya aku mengurungkan niat  memasuki kursus yang aku inginkan, semua keluhan, keinginan dan harapan hanya kucerita pada diri ini, dan berharap akan adanya perubahan nantinya, terkadang memang  merasa tuhan tidak adil, kenapa saya harus lahir dikeluarga  miskin, seandainya saja saya di lahirkan dikeluarga kaya, kata-kata seandai nya terus menghantui pikiranku, dan kadang bertanya kenapa  orang-orang kaya yang Allah pilih selalu saja menimbulkan keonaran dimasyarakat, korupsi, menjarah lahan tanah orang-orang pinggiran, kenapa tuhan tidak menjadikan orang-orang baik saja yang kaya, agar dunia ini aman dan sejahtera,  pikiranku terus melayang-layang entah kemana, memikirkan hidup yang semakin semrawut.
            Aku mahasiswa UIN Jakarta, yang katanya Kampus ini  merupakan salah satu universitas islam ternama di Jakarta, namun pada faktanya entahlah aku juga bingung memikirkannya, disana aku mengambil jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, selama ini yang paling aku dambakan masuk di Ilmu Komunikasi UI, namun karena banyak hal dan factor lain, akhirnya aku harus menerima masuk di UIN Jakarta, sungguh suatu realita hidup yang harus aku terima, begitulah keseharianku, akhirnya aku banyak mengeluh dan tidak menerima apa yang telah aku terima selama ini, padahal di UIN Jakarta sendiri aku dalah penerima beasiswa penuh, semuanya di tanggung, mulai dari tempat tinggal, uang kuliah dan biaya hidup, namun semuanya seolah tak membuatku bahagia, padahal diluaran sana banyak yang tidak bisa kuliah karena mereka gagal menerima beasiswa.
            Aku tertegun ketika ada seorang anak kecil menyodorkanku sebuah amplop kecil  sambil mengiba, dan menunjukkan raut wajah yang begitu polos, kemudian ia mulai merayuku dengan nyanyian  anak-anak jalanan yang begitu popular ditelingaku, punk rock jalanan, suaranya begitu merdu, ia menyanyikannya penuh dengan penjiwaan, tergambar seolah hidupnya begitu berat, kesehariannya mengamen dan berharap belas kasihan dari orang-orang yangditemuinya, ia bernyanyi dengan bebas, tak peduli apa kata orang tentang suaranya, karena mungkin hanya ini jalan yang bisa ia lakukan agar tetap bisa bertahan hidup, hingga tak terasa air mataku tumpah, suaranya begitu lembut,halus dan mempunyai ciri khas tersendiri, walau ia masih berumur lima tahun,  namun begitu bagus bagiku, dan aku yakin ia akan jadi orang hebat nantinya, dan nyanyian  itu adalah nyanian dari surga yang pernah kudengar, aku tidak bisa berkata apa-apa selain bulir-buliar air mataku berjatuhan  karena tak bisa menahan haru, owh,,,tuhan betapa cantiknya  anak ini, tak seharusnya ia berbuat seperti ini, seharusnya ia ada disekolah, rasa ibakupun memuncak, dan  tak tahu berbuat apa. Aku hanya terus memandangi wajahnya yang sedikit kotor karena tidak terurus.
            Aku tersipu malu dihadapannya, kemudian aku memasukkan uang ke amplop kecilnya dan menyodorkanya  kembali , sembari kuelus lembut rambutnya yang tergerai lurus namun sedikit bergelombang, kulihat rona wajahnya yang begitu bahagia, walau hanya menerima uang yang tak seberapa, namun  ia begitu bahagai, aku terpukul dengan anak kecil penyanyi dari surga yang allah kirimkan untukku, aku masih memandanginya hingga ia turun disimpang jalan kota ini.
            Aku hanya berucap, terima kasih tuhan kau telah mengutusku bidadari cilik dari surga, yang mengajarkanku akan arti kehudupan ini, aku tereyuh, dan dadaku terasa sesak, dan entah perasaan apa lagi, aku merasa aku kalah dari anak kecil itu, ia begitu tangguh dalam hidup ini, ia tidak seberuntung aku, namun ia tidak mengeluh, ia tetap semangat mencari rezeki untuk kelangsungan hidupnya dan mungkin juga untuk ibunya, disaat aku mulai mengeluh tentang kehidupanku, ternyata tuhan mengajarkanku melalui caranya sendiri.
 kini aku mengerti dan  lebih dewasa dalam memaknai hidup, rasanya ada kekuatan baru yang mengalir dalam jiwaku, kekuatan yang mengantarkanku untuk lebih mensyukuri kehidupan yang telah tuhan anugerahkan untukku, karena bagaimanapun aku masih bisa duduk dibangku kuliah,  bagaimana dengan anak kecil tadi? Semua pertanyaan tersebut membuat ku terus merenung  dan memikirkan semua yang terjadi di kehiduapan ini, hingga tak sadar ternyata aku telah sampai pada tempat yang aku tuju.
            Sebuah perjalana yang menyenangkan, tentang penghargaan akan kehidupan,aku hanya bisa berucap makasi tuhan telah mempertemukanku dengan  bidadari kecilmu, dan membawakan nyanyian yang begitu indah, seperti nyanyian dari surga dan terimakasih telah banyak mengajarkanku akan arti kehidupan ini yang sebenarnya.
                                                                  

1 komentar: