Hari begitu
cerah, secerah hatiku setelah selesai melaksanakan sholat dhuha, aku keluar
dari asrama tercinta dan terus berjalan menyusuri lorong demi lorong, dan
gang-gang sempit menuju kampus islam itu, asramaku yang biasa disebut mahad
tempat mahasiswa-mahasiswa berprestasi itu memang tidak terlalu jauh dari
kampus itu, hanya membutuhkan waktu sepuluh menit saja untuk menjangkaunya.
Tepat di gerbang
kampus islam itu, kulihat wanita-wanita muslimah dengan jubah dan jilbabnya
yang super panjang, kadang aku berfikir apakah mereka tidak gerah memakainya,
mungkin karena pegangan agama yang teguhlah yang membuat mereka setia pada
syariat tuhannya. namun diantara mereka ada juga mahasiswi yang menggunakan
pakaian muslimah apa adanya, pakaian mereka begitu ketat dengan jilbab pendek
dan tipis yang sedikit di paksakan.
Aku terus
berjalan menuju fakultas ku, dengan sedikit berlari akhirnya sampai juga di
gedung tujuh lantai itu, tanpa antrian panjang aku langsung masuk lift, dan
beberapa detik kemudian aku sudah berada didepan kelas, kubuka kelas dengan
sembari membaca salam Assalamu alaikum w.w.
dan, Teman-teman kelas menyambutku
dengan ramah.
Hey ris, apa kabar?
Hari ini tak secerah biasanya, ada hujan
turun di tengah terik matahari, bungamu pun tak seindah biasanya, ia nampak
kecewa hari ini karena di kecewakan kumbang pujaannya, cerocoh vino begitu saja, aku masih bingung apa yang di maksud vino, namun yang pasti ada
hubungannya dengan vivi, si gadis yang penuh tanda tanya.
Namaku haris,
teman-temanku biasanya memanggilku ris, begitulah aku biasa di panggil, aku ga
tahu seberapa tampannya diriku, namun kata teman-temanku aku pemuda tampan ala
ritik rosan, akh, itu hanya kata mereka saja, sebenarnya aku biasa-biasa saja,
jauh dari apa yang mereka gambarkan.
Namun perlahan
tapi pasti aku merasa cewek-cewek di kelasku satu persatu mulai mendekatiku,
entah karena ada perasaan apa-apa atau hanya sekedar main-main saja. Salah
satunya vivi, sebenarnya ia gadis yang
anggun, soleha di mataku, dan banyak sifatnya yang aku suka, namun entah kenapa
hati ini berkata tidak.
Berawal dari
saat ada tugas kelompok, disanalah aku mengenalnya, namanya vivi verina, nama
yang anggun dan elok, waktu itu vivi
minta no hp ku, sekedar untuk saling memperingatkan kalau ada tugas katanya,
aku memberinya tanpa ada curiga sedikitpun, walau nomor kontak prempuan jarang ada di hp ku, namun kali ini
aku menyimpan no kontaknya.
Awalnya vivi hanya
shering masalah mata kuliah saja, namun akhirnya melebar ke masalah pengalaman,
kisah hidup, dan saling berbagi masalah, hingga pada akhirnya aku sadar ia
sering memperhatikanku, walau hanya sekedar menanyakan apakah aku sudah makan
atau belum.
Namun lama-kelamaan
aku semakin risih dan bosan dengannya, setiap malam ia selalu menelphonku,
belum lagi zmznya yang datang dua kali setiap menitnya, ruang dan waktukupun
habis di rampasnya, termasuk waktu belajarku. Vivi seandainya kamu lebih bisa
menahan diri, pasti hati ini akan condong kepadamu.
Tanpa mengubris
perkataan vino aku langsung duduk di bangku yang biasa kupakai, ku pandangi
vivi yang dari tadi hanya diam dengan seribu bahasa, tidak seperti biasanya, ia
selalu menanyakan kehadiranku, bahkan terkadang puluhan zmz masuk untuk
menanyakan sudah sampai dimana perjalananku, setelah masuk kelas biasanya ia
telah menyediakan makanan yang langsuang ia taron di mejaku, sambil zmz ini
dariku vivi, masakanku lho.
Namun hari ini
benar-benar berbeda, ia hanya terdiam tanpa melihatku sedikit pun, apakah
karena keputusanku yang tadi malam yang salah, atau karena apa? Aku jadi bingung sendiri.
Tepat jam 12
malam vivi menelphonku, sebenarnya aku lagi lembur untuk mengerjakan tugas makalah
hukum-hukum international yang akan saya presentasikan esok hari, namun aku
rela membagi waktu untuknya, hanya sekedar mendengar keluh kesah nya,
Vivi: ris kamu
lagi apa?
aku: lagi
ngerjain tugas vi, ada pa vi, ko nelphon malam2
Vivi: aku ganggu
g’ ris, ada yang ingin aku omongin, penting bangat
aku: ngga’
kenapa vi, ngomong aja.
Vivi: ris, sebenarnya
aku ingin cerita tentang perasaan ku’ tapi aku takut!
aku: perasaan
apa vi, cerita aja, kenapa mesti takut
Vivi: ris,
sebenarnya aku sangat sayang sama kamu, aku sangat cinta sama kamu, ris kamu
maukan jadi pacar aku, aku ga bisa hidup tanpa kamu ris, aku sudah terlanjur
sayang sama kamu ris.
Hiks-hiks-hiks
suara tangisan di seberang sana.
Aku tidak bisa
menjawab secara pasti, aku hanya mengatakan padanya kalau aku belum siap, dan
aku berharap kami jadi sahabat saja, dan aku katakana padanya jika kelak kita
berjodoh tuhan pasti mempertemukan kita kembali, aku berharap dia sabar
menunggu, namun yang kudengar adalah suara tangisan yang semakin memekik, dan
terakhir hanya suara nuth nuth nuth pertanda telphonnya diputus.
Pagi ini vivi
tidak mau menatapku sama sekali, aku berusaha untuk menatapnya, namun ia selalu
menghindar, dan berusaha berpaling dariku, hingga perkuliahan selesai vivi tetap
saja dingin dan tak bisa di ajak bicara.
Sesampainya di
asrama, ku sampaikan kisahku kepada kakak seniorku yang ku anggap bijak
perkataannya, tentang vivi dan kebaikannya, dan cintanya yang terlanjur kutolak, namun aku mendapat jawaban agar aku menimbangnya
lebih masak-masak lagi, dan ia malah
berasumsi kalau vivi wanita yang kurang baik untukku.
akhirnya aku membela vivi dan kukatakan kalau
vivi itu berjilbab panjang, dan sepengetahuan ku dia berakhlak baik, aku malah kecewa dengan kakak senior
yang sok tahu itu, ia malah menyuruhku untuk mengenal vivi lebih dalam lagi,
dan ia mengatakan bahwa hanya wanita solehalah
yang akan jadi milikku kelak, bukan seperti vivi yang di anggapnya kurang baik.
Dia
mengatakatakan lelaki yang sholeh hanya pantas untuk prempuan yang sholeha dan
begitu juga pria yang jahat dan tukang maksiat hanya pantas untuk wanita jahat
dan maksiat pula, perbaiki terus akhlakmu hingga wanita yang kau idamkan
semakin baik pula akhlaknya. Nasehatnya padaku.
Perkatannya
memang bijak, namun aku tidak setuju dengan apa yang ia asumsikan, yang beranggapan
vivi wanita yang kurang baik, sebetulnya aku belum kenal betul dengan vivi, aku
baru mengenalnya beberapa bulan yang lalu, tapi menurutku dia wanita yang
sholeha, namun untuk saat ini aku belum siap menjalani hubungan dengan nya itu
saja, namun dalam hati ini berniat kelak kalau ia memang wanita yang baik aku
akan mempersuntingnya.
Hari ini perkuliahan
berlangsung kembali, seperti biasa sebelum masuk kelas aku menyempatkan diri
untuk sholat dhuha sebagai tanda rasa syukurku pada Tuhan yang maha esa, dan
seperti biasa pula, tempat yang paling sering kukunjungi di kampus hanya dua masjid dan perpustakaan, di masjid aku bisa
shalat dan membaca al-qur’an serta zikir dengan khusuq, di perpustakaan aku
bisa membaca kisah para nabi, serta ilmuan-ilmuan islam yang luar biasa, atau berbagai
ilmu pengetahuan yang bisa kudapat disana.
dari masjid aku langsung menuju kelas melalu tangga bawah’ kulihat vivi berjalan di
depanku,namun langkahnya tak seimbang, dan tiba-tiba saja ter jatuh dan
pingsan, aku tidak tahu apakah ini benar –benar kecelakaan atau hanya sekedar
pura-pura belaka, hingga akhirnya teman-teman yang prempuan menggotongnya ke
unit kesehatan kampus. Sebenarnya aku ingin sekali menggendong dan membawanya
namun langkahku kalah cepat dengan teman-temannya yang berjalan bersamanya.
Pengakuan yang
kudapat dari ira, teman dekatnya vivi kalau akhir-akhir ini vivi sering sakit
karena ia selalu memikirkanku, dan ia sangat kecewa atas keputusanku, dan ia
mengatakan kalau aku akan mengesal atas apa yang aku perbuat padanya.
Aku hanya bisa
berdo’a moga vivi menerima keputusanku, dan berharap ia berfikir dewasa, aku
tetap sayang sama dia, walau hanya sebatas sahabat, dan aku masih butuh waktu
untuk melupakan fani, cewek yang pernah singgah di hatiku ketika SMA, yang baru
saja menggugat hubungan kami setelah aku kuliah di Jakarta, dan ia kutinggalkan
di cianjur, tempat kelahiranku.
Waktupun terus berlalu, vivi sudah
bersikap biasa pada ku, ia malah
sekarang dekat dengan sahabatku vino, perhatian yang sebelumnya yang ia berikan
padaku akhirnya berputar seratus delpan puluh derajat ke vino, ada rasa cemburu di hati, namun aku
masih bisa mengendalikan emosiku.
Dua
bulan kemudian, seperti biasa, di kampusku selalu mengadakan pengkaderan kepada
mahasiswa baru, untuk mengikuti organisasi yang paling banyak diikuti oleh
badan eksekutif mahasiswa (BEM) di fakultasku, sebagai mahasiswa yang mempunya
rasa penasaran yang tinggi akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti pengkaderan
tersebut.
Pengkaderan
kali ini di adakan di puncak bogar, sebagai mahasiswa yang belum tahu banyak
tentang puncak, aku sangat bahagia karena inilah kali pertama aku menginjakkan
kaki di puncak itu, ada rasa bahagia, namun ada juga nada kekecewaan, bahagia
karena tempatnya sangat bagus, namun kecewa karena apa yang aku harapkan di
pengkaderan ini tidak seperti apa yang aku bayangkan.
Malam
begitu dingin, angin berhembus dengan kencang, kulihat beberapa mahasiswa menggandeng
pasangannya masing-masing, sebenarnya hal itu tidak wajar, karena pelatihan
yang kami bawa adalah atas nama organisasi islam, namun inilah realita yang
ada.
Kulihat sepasang
kekasih berjalan menjauhi vila,
nampaknya vino, namun aku tidak tahu siapa gadis yang bersamanya, terlihat
begitu mesra, namun karena malam yang agak pekat menghalangi mataku hingga aku
tidak tahu siapa gadis itu.
Aku terus
bercengkrama dengan malam, bersama dicky sahabatku, kulihat bintang-bintang
yang satu persatu mulai redup, akh malam, andai di tengah bintang yang disana
ada bulan pasti cerita malam ini akan berbeda, kata dicky, aku hanya mengiyakan
dan membenarkan apa kata dicky.
Bosan dengan
suasana memandangi langit, dicky mengajakku jalan-jalan mengitari villa dan
turun ke bawah sambil melihat-lihat keadaan sepanjang puncak dengan keadannya.
Kaki ini terus melangkah
berjalan mencari angin malam di puncak yang dingin itu, sambil ngobrol santai
bersama sahabatku dicky, tiba-tiba dicky menyuruhku memelankan langkah, karena
ada hal yang mencurigakan di balik semak belukar yang tidak jauh dari tempat
kami berdiri.
Dicky
menjelaskan, mungkin itu kelinci, atau hewan lainnya, yang sedang bermain-main,
akhirnya aku dan dicky mengintip dari arah yang berbeda,dan dengan jarak yang
sangat dekat, namun apa yang di sebutkan dicky sama sekali tidak benar,
ternyata yang ada disana ialah dua sosok manusia yang sedang asyk bercumbu
mesra, hingga mereka tidk sadar akan kedatangan kami.
Namun, nampaknya
aku mengal sosok-sosok itu, nampaknya mereka tidak asing di mataku, dan setelah
semakin dekat, maka nampaklah kalau mereka ternyata vivid dan vino, yang sedang
melakukan perbuatan yang tak senonoh.
Aku langsung
berlari meninggalkan tempat itu, dan dicki memanggilku, hingga mereka tahu kami
telah memergoki mereka berdua. Aku begitu kecewa, da sangat kecewa,ternyata
wanita yang ku anggap baik selama ini, ternyata wanita yang buruk akhlaknya,
dan buruk prilkaunya, akhirnya aku hanya bersyukur, ternyata dia bukan wanita
sholeha yang allah kirim untukku, dan dia bukan milikku.
Karya” ali
rohman nasution”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar